KOMPAS.com - Adya Antyahita Prasetya boleh dibilang perempuan yang cermat memilih produk makanan yang akan dibelinya. Termasuk, aku penikmat film dan drama Korea, soal makaroni kesukaannya.
Melalui foto yang dikirimkannya pada media sosial Whatsaap (WA), Adya yang punya kesibukan dalam kepengurusan ikatan alumni SD Tarakanita 2 Jakarta ini menunjuk pada label halal Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Sama halnya dengan Adya, Dyah B Prabasari, melalui WA, juga punya pandangan yang sama ikhwal produk halal. Bedanya dengan Adya, Dyah, panggilan karib perempuan berhijab ini, menaruh perhatian pada produk kosmetik favoritnya.
Produsen kosmetik asli Indonesia yang memang berfokus kepada konsumen perempuan Muslim itu memikat hati Dyah.
"Produknya bagus dan warna lipsticknya pas sama yg di cari," tulis Dyah, yang dalam kesehariannya mengajar para peminat seni kerajinan decoupage dari rumahnya di kawasan Kota Depok, Jawa Barat.
Luar biasa
Adalah National Sales Senior General Manager PT Sharp Electronics Indonesia (SEID) Andri Adi Utomo, pada Kamis (25/10/2018) mengutarakan kepada Kompas.com bahwa strategi pihaknya menjual kulkas halal mendapat sambutan luar biasa dari konsumen.
Laman Tribunnews.com menulis, kulkas alias lemari es dimaksud memang mendapat sertifikasi halal dari MUI. SEID telah mengantongi sertifikat ini sejak 28 Maret 2018 lalu.
"Kami meluncurkan kulkas itu Mei (2018) lalu dan responsnya luar biasa," kata Andri dalam kesempatan peluncuran dua unit mobil layanan purna jual Sharp Mobile Service Station (SMSS) di Jakarta.
Andri mengklaim, lantaran produk itu, pihaknya, sejak peluncuran mampu menjual 100.000 per unit saban bulan. "Biasanya kami bisa menjual 80.000 sampai 90.000 tiap bulannya," imbuh Andri.
Selain kulkas halal, terang Andri, awal bulan ini, SEID juga meluncurkan televisi azan. Televisi dengan teknologi LED itu punya fitur yang bisa menggemakan suara penanda shalat lima waktu.
"Tapi, respons konsumen untuk televisi azan belum kelihatan. Karena masih baru," ujar Andri sembari berharap konsumen perlahan tapi pasti juga menyerap kian banyak produk-produk SEID yang disesuaikan dengan kebutuhan para pemeluk agama terbesar di Nusantara.
Pada bagian lain, tambah Andri, pelaku pasar, termasuk di bidang elektronik, tertantang untuk membidik masa puncak belanja (peak season) tak hanya saat Bulan Puasa dan Idul Fitri alias musim Lebaran.
"Secara nasional kan, peak season itu masih di Lebaran, Christmas (Natal), dan Tahun Baru," katanya.
Salah satu langkah, yang diambil, kemudian, lanjut Andri, adalah membuka peluang mencari masa puncak belanja ke daerah-daerah.
"Di Makassar ada tradisi 10 Muharram. Orang wajib membeli barang-barang yang baru," ujarnya.
Catatan dari laman Kompasiana.com menunjukkan, kebiasaan membeli barang-barang baru, khususnya kebutuhan rumah tangga, di Makassar dan Sulawesi Selatan umumnya, terkait dengan kepercayaan keagamaan yang dipeluk warga. "Biar berkah," tulis warganet pada laman tersebut.
Keunikan inilah, lanjut Andri yang ditangkap sebagai peluang. "Kami siapkan program-program penjualan yang menarik pada 10 Muharram," papar Andri.
Andri kemudian menambahkan, di Temanggung, Jawa Tengah, peluang masa puncak belanja juga terlihat pada masa-masa panen tembakau.
Lazimnya, panen tembakau di Temanggung, terjadi pada Agustus, September, dan Oktober. "Nah, kita ikutin tuh (peluang menjual produk) di daerah-daerah," pungkas Andri Adi Utomo.
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/10/25/221300426/mencari-musim-puncak-belanja-konsumen-muslim