Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sengketa yang Melibatkan Perusahaan-perusahaan asal China Diprediksi akan Meningkat

Lebih dari itu, akan muncul banyak dispute atau sengketa hukum yang muncul antara perusahaan asal China dengan partnernya di negara lain.

Belt and Road Initiative merupakan strategi pembangunan yang diadopsi oleh Pemerintah China dalam bentuk pembangunan infrastruktur dan investasi di berbagai negara. Wilayah yang tercakup dalam proyek ini meliputi 68 negara yang berada di Eropa, Asia dan Afrika. Area tersebut mencakup 65 persen populasi dunia dan 40 persen GDP global per 2017.

Melalui Belt and Road Initiative, China sebenarnya tak sekedar ingin mengembangkan pengaruhnya di luar negeri. Lebih dari itu, melalui proyek besar ini, pemerintah negara Tirai Bambu itu juga mendorong perusahaan-perusahaan yang ada di negara itu untuk go international. Mereka didorong untuk melakukan ekspansi di negara lain.

Meskipun membuka peluang pertumbuhan ekonomi di negara lain, besarnya cakupan program Belt and Road Initiative tersebut  juga berpotensi memunculkan sengketa antara perusahaan asal China dengan partner bisnisnya.

Sejauh ini sudah ada sejumlah masalah yang muncul terkait dengan proyek besar dari China tersebut. Salah satunya seperti yang terjadi di Sri Lanka.

China terpaksa mengambil alih infrastruktur pelabuhan yang dibiayainya yakni Pelabuhan Hambatota karena negara tersebut tak mampu membiayai utang yang telah dikucurkan. Total utang yang tak bisa dibayar tersebut mencapai Rp 1,1 triliun atau setara dengan 70 persen saham di pelabuhan tersebut.

Tak hanya di Sri Lanka, masalah terkait dengan China juga terjadi di Malaysia. Sebagaimana diketahui, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad membatalkan mega-proyek kereta cepat East Coast Rail Link (ECRL) serta pembangunan pipa gas di Sabah senilai total 20 miliar dollar AS. Proyek-proyek tersebut didanai oleh China.

Ke depan, masalah serupa akan lebih banyak bermunculan seiring dengan semakin ekspansifnya China menjalankan program ambisius tersebut.

Secretary-General of Hong Kong International Arbitration Centre Sarah Grimmer menuturkan besarnya potensi sengketa inilah yang harus diantisipasi oleh negara-negara lain yang menjadi mitra bisnis China. Sehingga memilih yuridiksi untuk layanan mediasi dan arbitrase menjadi satu hal yang akan sangat membantu dalam menyelesaikan berbagai masalah terkait kerjasama dengan mitra dari China.

Salah satu yang selama ini menjadi pilihan untuk penyelesaian sengketa melalui arbitrase adalah Hong Kong.

Satu Negara Dua Sistem

Sebagai negara yang menganut dua sistem, Hong Kong memiliki posisi yang unik. Di satu sisi negara ini adalah bagian dari China. Namun di sisi lain, Hong Kong memiliki sistem ekonomi, sosial dan hukum yang terpisah.

“Sistem hukum di Hong Kong benar-benar netral dan terpisah dari China.Menyelesaikan sengketa di arbitrase Hong Kong juga lebih efisien. Ditambah lagi, para profesionalnya memahami betul kultur bisnis masyarakat China daratan,” kata Sarah, Senin (29/10/2018).

Kondisi itulah yang menyebabkan semakin banyak pihak yang menjalin kerja sama dengan China, memilih Hong Kong sebagai tempat untuk penyelesaian sengketa. Hal itu tecermin dari  jumlah sengketa yang ditangani oleh Hong Kong International Arbitration (HKIA) yang terus mengalami peningkatan.

Mengutip situs www.beltandroadglobalforum.com, sejak inisiatif tersebut diluncurkan pada 2013, jumlah sengketa yang ditangani oleh HKIA naik sekitar 20 persen per tahun dengan total sengketa mencapai 362 kasus. Dari jumlah itu, sekurang-kurangnya satu pihak yang terlibat sengketa berasal dari yuridiksi Belt and Road Initiative.

Di samping itu, jumlah perusahaan asal China yang mulai mempercayakan penyelesaian masalah sengketa ke HKIA juga mengalami kenaikan. Pada tahun 2014, dari keseluruhan pihak-pihak yang bersengketa di HKIA, hanya 11 persen di antaranya berasal dari China daratan. Namun pada 2017, persentase tersebut naik menjadi 25 persen.

Hal itu mencerminkan naiknya kepercayaan BUMN-BUMN serta perusahaan swasta dari China untuk menyerahkan penyelesaian masalah di HKIA.

Inilah yang kemudian membuat Hong Kong cukup percaya diri untuk menawarkan layanan penyelesaian sengketa hukum terkait dengan program Belt and Road Initiative

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/10/29/210532226/sengketa-yang-melibatkan-perusahaan-perusahaan-asal-china-diprediksi-akan

Terkini Lainnya

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke