Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sri Mulyani: Defisit Transaksi Berjalan Bukanlah “Dosa"

“Indonesia memiliki defisit transaksi berjalan yang terkendali dan dapat dipertanggungjawabkan” ucap Sri Mulyani yang berbicara sebagai panelis di forum “Bloomberg New Economy Forum” di Hotel Capella, Singapura, Rabu pagi (7/11/2018).

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu melanjutkan tentunya dengan defisit transaksi berjalan yang saat ini 3 persen, Indonesia harus lebih berhati-hati dan lebih disiplin dalam memilah-milah program pembangunan yang dicanangkan.

“Biaya atau financing cost meningkat dan semakin mahal serta liquidity semakin mengetat (tightening), pemerintah perlu mengakses kelayakan proyek-proyek yang diagendakan”

Sri Mulyani yang dipuji oleh moderator Clive Crook sebagai sosok Menteri Keuangan yang enerjik dan kompeten juga memberikan komentarnya ketika ditanya mengenai penyebab anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS hingga 8 persen pada tahun ini.

“Perekonomian Indonesia sedang dalam kondisi yang baik, pertumbuhan ekonomi solid, utang publik rendah, dan inflasi juga terkendali, apa yang salah dengan rupiah?” tanya Crook.

Menkeu berusia 56 ini memulai dengan menuturkan pencapaian Indonesia yang berhasil pulih dari Krisis Moneter Asia 1998 dan luput dari dampak Krisis Ekonomi Global 2008.

“Saat ini Indonesia adalah emerging economy yang terus melesat. Kita berhasil menurunkan angka kemiskinan, menurunkan koefisien Gini. Indonesia melakukan hal-hal yang tepat untuk memperkuat ekonomi misalnya terus menjalankan pembangunan infrastruktur serta memberikan ruang kepada sektor swasta untuk berkembang,” Sri Mulyani dengan berapi-api menyampaikan penjelasannya.

Sri Mulyani menyampaikan bahwa melemahnya nilai tukar Rupiah diantaranya disebabkan oleh efek kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS atau The Fed serta capital flow yang meninggalkan negara berkembang seperti Indonesia menuju ke Amerika Serikat.

Sri Mulyani tidak ketinggalan mengeluh menyuarakan “frustasinya” bahwa keputusan Indonesia menaikan Suku Bunga Acuan BI lebih disebabkan oleh kebijakan ekonomi dalam negeri AS, tidaklah melulu karena kondisi ekonomi tanah air atau angka inflasi.

“Tentunya the Fed harus lebih memperhatikan dampak kebijakannya seperti menaikan suku bunga acuan yang bisa merembet ke negara-negara lain terutama negara berkembang”

Pernyataan SMI sendiri juga diamini oleh Direktur Pelaksana Bank Sentral Singapura Ravi Menon yang menyebut bahwa Indonesia adalah contoh ekonomi yang dikelola dengan sangat baik namun tetap terkena imbas “hukuman” dari kebijakan ekonomi AS.

Ikut duduk sepanel dengan Sri Mulyani dan Ravi Menon di forum prestisius ini adalah mantan Gubernur Bank Sentral AS Janet Yellen.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/11/07/140029326/sri-mulyani-defisit-transaksi-berjalan-bukanlah-dosa

Terkini Lainnya

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke