Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Pesawat Terbang Baru Tetap Bisa Celaka?

Pesawat terbang adalah merupakan produk dari sebuah teknologi mutakhir yang setiap saat mengalami banyak penyempurnaan dari waktu ke waktu. Pertanyaannya adalah sekali lagi tentang mengapa kecelakaan pesawat terbang, walaupun sudah banyak berkurang, akan tetapi tetap saja terjadi.   

Kecerobohan dan atau kelalaian yang sering dibungkus dengan terminologi keren berlabel “human error” memang sudah menjadi persepsi umum bagi sebagian besar faktor penyebab terjadinya kecelakaan pesawat terbang. Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa setelah dilakukannya banyak sekali penyempurnaan dalam teknologi penerbangan kecelakaan tetap saja tidak bisa dihindari.

Pada 6 Juli 2013 pesawat terbang Boeing B-777-200ER Asiana Airlines flight 214 mengalami kecelakaan saat akan mendarat di San Fransisco International Airport. Tiga orang meninggal dunia, 181 luka-luka dan 304 lainnya selamat.  

The New York Times edisi 24 Juni 2014 memuat penjelasan NTSB (National Transportation Safety Board) tentang kecelakaan tersebut. NTSB berpendapat bahwa kecelakaan terjadi karena pilot terlalu banyak mengandalkan mekanisme pengendalian otomatis dari pesawat, akan tetapi sebenarnya dia tidak cukup menguasai dengan baik anatomi dari keseluruhan sistem otomatis tersebut bekerja.   

NTSB menambahkan pula bahwa kecelakaan tersebut telah memunculkan pertanyaan besar terhadap sistem otomatis yang seharusnya bertujuan meningkatkan keselamatan terbang dan sangat membantu dalam penerbangan jarak jauh. Namun pada kenyataannya sistem itu telah menurunkan “basic pilot flying skills”.  

Dalam kasus Asiana Airlines, pilot terpaksa melakukan pendekatan manual untuk mendarat karena ILS (Instrument Landing System – Alat Bantu Pendaratan Otomatis) di San Fransisco International Airport tidak berfungsi karena tengah berada dalam siklus perawatan rutin.  Sementara kondisi cuaca pada saat itu cukup baik alias terang benderang.

Sementara itu, FAA (Federal Aviation Administration) beberapa tahun lalu baru saja merilis sebuah laporan setebal 279 halaman yang merupakan hasil penelitian Panjang dari sebuah “working group” dengan topik  “Pilot addicted to Automation”.  Dikatakan antara lain : “The FAA reports stresses the risk that future accidents could occur as comercial airline pilots become overly reliant on automated computer system in the cockpit and lose their hands on, manual flying skills”.  

Kebiasaan yang terlalu mengandalkan sistem otomatis telah menarik perhatian para ahli sebagai salah satu penyebab yang dominan dari terjadinya kecelakaan pesawat terbang.   

Lebih jauh lagi mengenai hal ini, ternyata NASA (National Aeronautics and Space Administration), badan penerbangan dan antariksa Amerika Serikat telah pula membiayai jutaan dollar sebuah penelitian yang intensif bekerjasama dengan IOWA University yang memakan waktu lebih dari 3 tahun dalam topik masalah hubungan pilot, sistem otomatis dan kecelakaan pesawat terbang.   

Dr Thomas Mach Schnell yang memimpin tim riset itu menjelaskan bahwa ketergantungan yang berlebihan terhadap sistem otomatis telah menurunkan dan banyak mengganggu konsentrasi pilot dalam menerbangkan pesawat. Dia juga menambahkan, bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa para pilot pesawat modern telah menjadi sangat tergantung pada sistem otomatis di kokpit.   

Studi tersebut juga memberikan hasil penemuannya bahwa 60% dari kecelakaan yang terjadi belakangan ini ternyata disebabkan karena kesalahan dalam mengoperasikan “flight management computer”.  

Seorang pakar NTSB menerangkan bahwa banyak Pilot yang menerbangkan pesawat terbang modern sangat mahir dalam mengoperasikan sistem otomatis dalam mengendalikan pesawat akan tetapi banyak yang kurang mengenal dengan baik anatomi dari bagaimana sistem otomatis itu bekerja. Artinya, banyak Pilot yang kurang dapat memahami dan menghayati dengan benar kapan atau bila saatnya terbang dengan menggunakan sistem otomatis dan bila saatnya pesawat terbang harus dikendalikan dengan cara manual atau hands on.

Kemajuan teknologi terutama teknologi penerbangan memang bersifat dinamis dan bergerak dengan sangat cepat. Hal tersebut bertujuan terutama sekali dalam meningkatkan upaya keselamatan terbang akan tetapi sekaligus menuntut pengetahuan yang memadai dari mereka yang menggunakannya.   

Kuncinya memang akan kembali pada “man behind the gun” yang berarti fungsi dari pendidikan dan latihan menjadi semakin mengemuka. Nah itulah tantangannya bagi semua insan yang bergerak dalam bidang penerbangan.

Bila kita kembali mengaitkan pertanyaan dengan apa gerangan yang menjadi penyebab jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 di perairan laut jawa setelah 12 menit take off dari Cengkareng, maka jawabannya adalah kita harus menunggu diumumkannya hasil lengkap dari peyelidikan yang tengah dilakukan oleh KNKT.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/11/25/090241526/mengapa-pesawat-terbang-baru-tetap-bisa-celaka

Terkini Lainnya

Apple hingga Microsoft Investasi di RI, Pengamat: Jangan Sampai Kita Hanya Dijadikan Pasar

Apple hingga Microsoft Investasi di RI, Pengamat: Jangan Sampai Kita Hanya Dijadikan Pasar

Whats New
Bank DKI Raup Laba Bersih Rp 187 Miliar pada Kuartal I 2024

Bank DKI Raup Laba Bersih Rp 187 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Mendag Zulhas Terbitkan Aturan Baru Soal Batasan Impor, Ini Rinciannya

Mendag Zulhas Terbitkan Aturan Baru Soal Batasan Impor, Ini Rinciannya

Whats New
Microsoft Komitmen Berinvestasi di RI Senilai Rp 27,54 Triliun, Buat Apa Saja?

Microsoft Komitmen Berinvestasi di RI Senilai Rp 27,54 Triliun, Buat Apa Saja?

Whats New
Allianz Syariah Tawarkan Asuransi Persiapan Warisan Keluarga Muda, Simak Manfaatnya

Allianz Syariah Tawarkan Asuransi Persiapan Warisan Keluarga Muda, Simak Manfaatnya

Whats New
Kini Beli Sepatu Impor Tak Dibatasi, Ini Penjelasan Mendag

Kini Beli Sepatu Impor Tak Dibatasi, Ini Penjelasan Mendag

Whats New
TransNusa Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

TransNusa Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
Suku Bunga BI Naik, ST012 Dinilai Lebih Menarik

Suku Bunga BI Naik, ST012 Dinilai Lebih Menarik

Earn Smart
Kesejahteraan Buruh Tani Era Jokowi dan Tantangan bagi Prabowo

Kesejahteraan Buruh Tani Era Jokowi dan Tantangan bagi Prabowo

Whats New
3,84 Juta Penumpang Naik LRT Jabodebek pada Kuartal I 2024

3,84 Juta Penumpang Naik LRT Jabodebek pada Kuartal I 2024

Whats New
Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

Whats New
Lowongan Kerja Perum Damri untuk SMA/SMK, Ini Persyaratan dan Cara Mendaftarnya

Lowongan Kerja Perum Damri untuk SMA/SMK, Ini Persyaratan dan Cara Mendaftarnya

Work Smart
IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia, Ada Apa?

IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia, Ada Apa?

Whats New
Tak Mau Kejadian Nasabah Lempar Piring Saat Ditagih Kredit Terulang, PNM Kini Fokus Lindungi Karyawannya

Tak Mau Kejadian Nasabah Lempar Piring Saat Ditagih Kredit Terulang, PNM Kini Fokus Lindungi Karyawannya

Whats New
Bertemu Mendag Inggris, Menko Airlangga Bahas Kerja Sama JETCO dan Energi Bersih

Bertemu Mendag Inggris, Menko Airlangga Bahas Kerja Sama JETCO dan Energi Bersih

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke