Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pasar E-Payment di Indonesia Masih Terbuka Lebar

"Kompetisi belum sengit karena masih luas pasarnya sedangkan pemainnya baru sedikit," ujar Bhima kepada Kompas.com, Selasa (27/11/2018).

Bahkan Bhima mengungkapkan bahwa persaingan ini bagus karena bisa mendorong tingkat penggunaan nontunai atau cashless di masyarakat. Pada titik ini, pasar e-payment pun baru tumbuh, sehingga masyarakat belum jenuh, ditambah belum banyak bank-bank yang fokus untuk menggarap ekosistem e-payment.

"Indonesia level cashless-nya juga baru 2 persen dari total transaksi. Sebagian besar masyarakat memegang uang tunai," jelas Bhima.

Tak lupa, pasar usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) pun akan semakin dilirik oleh pemain e-payment nantinya. Bhima mengungkapkan, untuk dua pemain e-payment seperti OVO dan Go-Pay, mereka bahkan sedang gotot-gototan untuk menyasar ke pasar tersebut.

"Sekarang Go-Pay dan OVO kejar-kejaran di QR Code ke UMKM dan warung mikro. (Mereka) perlu bermain ke skala mikro karena UMKM (juga) perlu dibantu dalam hal proses pembayaran," jelas Bhima.

Bhima memandang, tren ke depan untuk kanal pembayaran akan bertransformasi ke online baik via quick response code (QR Code), uang elektronik, electronic funds transfer (etf), dan wallet.

Sementara itu, Ketua Harian Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) Kuseryansyah mengatakan pada pekan lalu saat Fintech Media Clinic di Kantor Aftech bahwa tahun 2019 nanti kemungkinan banyak pemain e-payment yang akan berlomba-lomba untuk gaet pelanggan utamanya kaum millenial.

"Karena itu masalah behaviour, kalau bicara masalah digital literasi itu pasti dikalangan muda dari 16-28 tahun. Ketika ada platform baru yang memudahkan, mereka instanly akan cepat untuk mengadopsi," jelas Kuseryansyah.

Tantangan ke depan

Bhima menyebut bahwa salah satu alasan agar pemain e-payment banyak dilirik masyarakat adalah dengan banyaknya merchant yang bisa digaet untuk dijadikan kanal pembayarannya. Tak lupa, sering diadakannya promo juga turut jadi nilai tambah bagi pemain tersebut.

"Bagi pemain yang bisa gandeng merchant terbanyak, memberikan insentif berupa promo ke konsumen plus kecepatan akses pasti yang akan jadi juara," papar dia.

Senada dengan Bhima, Kuseryansyah juga menyebut bahwa tantangan terbesar untuk para pemain adala bagaiman mereka bisa bekerja sama dengan berbagai merchant dari berbagai kalangan mulai dari pemain besar di mall sampai UMKM. Sehingga pasarnya pun akan semakin luas terjamah.

"Tantangannya untuk e-wallet itu adalah banyaknya merchant yang teknoneksi, semakin banyak ya akan semakin digemari," jelas Kuseryansyah.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/11/27/193000126/pasar-e-payment-di-indonesia-masih-terbuka-lebar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke