Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Linkedin: Pekerja di Indonesia Paling Optimistis ketimbang Negara Lain

Dalam laporan tersebut, kedua negara berkembang ini menduduki peringkat teratas dan mengungguli Singapura, Australia, bahkan Cina perihal peluang kerja yang dirasakan mereka.

Survey yang diambil dari 11.000 orang di sembilan negara di Asia ini, menemukan bahwa masyarakat di Indonesia merasa paling optimis tentang ruang lingkup mereka untuk naik dalam jenjang karir mereka, mengembangkan keterampilan baru dan mengatur keuangan mereka.

Rasa optimisme ini tecermin tinggi di India, diikuti oleh China, Filipina, dan Malaysia. Sementara, jaringan profesional pada responden di pasar yang lebih maju seperti di Singapura, Australia, Hong Kong dan Jepang kurang berharap tentang prospek mereka. Banyak yang menyebutkan kekhawatiran atas prospek ekonomi di negara mereka.

Temuan ini secara luas mencerminkan proyeksi pertumbuhan masing-masing negara. Menurut IMF, India diperkirakan akan mencapai pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sebesar 7,3 persen tahun ini, sementara Singapura 2,9 persen dan Jepang 1,1 persen.

Pengecualian utama adalah Indonesia. Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen yang diproyeksikan akan lebih lemah dari China dan Filipina. Namun pekerja di negara ini adalah yang paling optimis.

Berikut adalah 9 negera survey Linkedin Opportunity Index 2018 dari urutan teratas hingga terbawah.

1. Indonesia (116 poin)

2. India (111 poin)

3. Daratan China (106 poin)

4. Filipina (106 poin)

5. Malaysia (101 poin)

6. Singapura (91 poin)

7. Australia (90 poin)

8. Hongkong (85 poin)

9. Jepang (79 poin)

Hambatan untuk sukses

Sementara, sebagian besar sekitar 9 dari 10 responden menyebut kerja keras sebagai kunci untuk maju dalam hidup, mereka juga mencatat beberapa hambatan potensial untuk sukses.

Pengekangan keuangan muncul sebagai perhatian paling menonjol dan dikutip oleh 30 persen responden. Penghalang jalan lainnya termasuk kurangnya akses ke jaringan profesional (22 persen), pasar pekerjaan yang sulit (19 persen), keterampilan profesional yang buruk (18 persen), kemudian arahan serta bimbingan terbatas (18 persen).

Kekhawatiran-kekhawatiran itu utamanya membatasi para calon pengusaha. Hampir setengah atau sekitar 48 persen mengatakan faktor keuangan menahan mereka untuk memulai bisnis sendiri. Sementara, lebih dari seperempat atau sekitar 28 persen merasa mereka tidak memiliki jaringan atau kontak yang diperlukan.

Sementara itu, responden dari Australia, Singapura, Malaysia, dan Filipina menyebutkan preferensi untuk keseimbangan kehidupan kerja juga dapat mencerminkan dorongan karir mereka.

Direktur pelaksana LinkedIn untuk Asia Pasifik Olivier Legrand mengatakan kepada CNBC, Kamis (29/11/2018) mengatakan, temuan laporan tersebut memberikan barometer penting bagi negara bagian dari salah satu angkatan kerja yang tumbuh paling cepat di dunia.

"Tenaga kerja yang tumbuh di wilayah ini merupakan aset utama yang jika dimanfaatkan secara efektif akan terus mendorong ekonomi. Seiring waktu, dengan melacak persepsi masyarakatnya tentang peluang dan hambatan yang mereka hadapi, kami berharap kami dapat terus memfasilitasi lebih banyak keseimbangan antara permintaan dan penawaran di pasar peluang (kerja)," ujar Legrand.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/11/29/093227626/linkedin-pekerja-di-indonesia-paling-optimistis-ketimbang-negara-lain

Terkini Lainnya

Surat Utang Diburu Investor, Pemerintah Kantongi Rp 21,36 Triliun

Surat Utang Diburu Investor, Pemerintah Kantongi Rp 21,36 Triliun

Whats New
Mudah, Begini Cara Cek Saldo JHT BPJS Ketenagakerjaan via Aplikasi JMO

Mudah, Begini Cara Cek Saldo JHT BPJS Ketenagakerjaan via Aplikasi JMO

Whats New
OJK: Portofolio Investasi Dana Pensiun Masih Didominasi Instrumen SBN

OJK: Portofolio Investasi Dana Pensiun Masih Didominasi Instrumen SBN

Whats New
Capex Adalah: Pengertian, Jenis, Contoh, dan Cara Menghitungnya

Capex Adalah: Pengertian, Jenis, Contoh, dan Cara Menghitungnya

Earn Smart
Prospek Reksadana Campuran Dinilai Masih Menarik, Ini Alasannya

Prospek Reksadana Campuran Dinilai Masih Menarik, Ini Alasannya

Whats New
Pemerintah Kantongi Rp 21,36 Triliun dari Lelang 7 Seri Surat Utang Negara

Pemerintah Kantongi Rp 21,36 Triliun dari Lelang 7 Seri Surat Utang Negara

Whats New
OJK Tindak 45 Iklan Keuangan yang Langgar Aturan pada Kuartal I-2024

OJK Tindak 45 Iklan Keuangan yang Langgar Aturan pada Kuartal I-2024

Whats New
Asosiasi Vape Gencarkan Edukasi untuk Kurangi Kebiasaan Merokok

Asosiasi Vape Gencarkan Edukasi untuk Kurangi Kebiasaan Merokok

Whats New
Cara Resign dari Pekerjaan dengan Sopan dan Tanpa Drama

Cara Resign dari Pekerjaan dengan Sopan dan Tanpa Drama

Work Smart
PGN Saka Resmi Perpanjang Kontrak WK Ketapang Bersama Petronas di IPA Convex 2024

PGN Saka Resmi Perpanjang Kontrak WK Ketapang Bersama Petronas di IPA Convex 2024

Whats New
MSIG Life Bayar Klaim Meninggal Dunia dan Kesehatan Rp 164 Miliar per Kuartal I 2024

MSIG Life Bayar Klaim Meninggal Dunia dan Kesehatan Rp 164 Miliar per Kuartal I 2024

Whats New
Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Di IPA Convex 2024, Pertamina, Petronas, dan MedcoEnergi Sepakat Prioritaskan Kolaborasi

Di IPA Convex 2024, Pertamina, Petronas, dan MedcoEnergi Sepakat Prioritaskan Kolaborasi

Whats New
Bank Mandiri: Suku Bunga Acuan Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Bank Mandiri: Suku Bunga Acuan Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Whats New
Freeport Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3-S2, Simak Persyaratannya

Freeport Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3-S2, Simak Persyaratannya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke