Hal ini dilontarkan Luhut untuk menanggapi kabar yang menyatakan Indonesia mempunyai hubungan yang ‘mesra’ dengan China. Menurut Luhut Indonesia tak memiliki ketergantungan kepada satu negara.
“Mengenai China, saya ingin garis bawahi, katanya kita lagi mesra sama China. Kita mesra sama siapa saja yang bawa duit ke Indonesia,” ujar Luhut di kantornya, Jakarta, Jumat (30/11/2018).
Luhut menjelaskan, pemerintah memiliki empat syarat bagi negara yang ingin berinvestasi. Pertama, teknologi yang dibawa suatu negara ke Indonesia harus ramah lingkungan. Kedua, investasi harus memberikan nilai tambah bagi Indonesia.
“Dia harus added value. Kita tidak mau orang datang eksplorasi seperti Freeport dulu langsung di ekspor, kita mau lihat nilai tambah. Saya beri contoh seperti Morowali, itu mulai dari nikel, carbon steel sampai lithium baterai, itu kita kontrol," kata Luhut.
Syarat ketiga, investor tersebut harus mengutamakan tenaga kerja lokal. Menurut dia tenaga kerja asing hanya diperbolehkan saat empat tahun pertama saja.
“Kita bolehkan 4 tahun pertama menggunakan banyak tenaga asing, tapi di waktu yang sama bersama pemerintah membangun politeknik untuk nantinya menggantikan tenaga asing itu. Sampai sekarang belum ada politeknik berkelas dunia, sekarang sudah ada di Morowali,” ucap dia.
Terakhir, kata mantan Komandan Jenderal Kopassus itu, investor itu harus mentransfer teknologi ke Indonesia.
Menurut dia, negara mana pun yang bisa memenuhi keempat syarat itu boleh berinvestasi di Indonesia.
“Indonesia terlalu besar sebagai suatu negara untuk berpihak kepada satu negara. Apakah nanti negara AS, China, Jepang, kita berpihak kepada kepentingan masing-masing," ucap dia.
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/11/30/153100326/luhut--kita-mesra-sama-siapa-saja-yang-bawa-duit-ke-indonesia