Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cari Pendanaan, Startup Pilih Fundraising Konvensional atau IPO?

Namun, di sisi lain, pemerintah mendorong agar para startup tersebut mau melakukan penawaran perdana (Initial Public Offering/IPO) di bursa saham untuk menghimpun dana. Cara tersebut dianggap lebih mudah bagi startup untuk mendapat pendanaan.

Sejumlah startup nampaknya masih ragu untuk melantai di bursa saham. Mereka beralasan IPO memiliki sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi sehingga tidak bisa serta merta menghimpun dana dari investor.

Adapun aturan yang berlaku saat ini, startup yang ingin go public harus bisa membukukan keuntungan dua tahun setelah IPO, memiliki Aktiva Berwujud Bersih atau Net Tangible Asset (NTA), dan kapitalisasi pasar. Khusus untuk NTA, perusahaan dengan NTA minimal Rp 5 miliar sudah bisa listing di papan pengembangan. Sedangkan untuk papan utama disyaratkan memiliki NTA minimal Rp 100 miliar.

Saat ini, ada tiga startup yang sudah melantai di bursa yaitu PT Kioson Komersial indonesia, PT Mcash Integrasi Tbk, dan PT Yelooo Integra Datanet.

Managing Director Go-Pay Budi Gandasoebrata mengatakan, fundraising konvensional maupun IPO merupakan suatu pilihan yang tergantung kebutuhan perusahaan. Go-Jek berdiri karena mencoba menyelesaikan masalah lalu lintas. Seiring penambahan layanan, mulai dari Go-Ride, Go-Car, Go-Life, dan sebagainya, maka butuh dana segar yang masuk akal.

Kemudian, setelah dilakukan diskusi internal, salah satu unicorn tersebut memutuskan untuk melakukan fundraising secara konvesional.

"Problem apa yang mau kita solve, kita tawarkan services ke customer, lalu kita fundraise," kata Budi.

Setali tiga uang dengan Go-Jek, sementara ini Grab juga memilih cara konvesional untuk pendanaan ketimbang IPO. Executive Director Grab Indonesia Ongki Kurniawan mengatakan, beberapa startup masih terganjal persyaratan untuk IPO. Belum semua startup bisa mempersiapkan hal tersebut.

Grab sendiri memilih menghimpun dana secara privat melalui strategic partner. Salah satunya mitra strategis Grab adalah Microsoft yang disebut-sebut menyuntik dana segar sebesar 200 juta dollar AS.

Keuntungannya memiliki mitra strategis adalah startup bisa mengetahui latar belakang mitra secara jelas dan bisa lebih membangun jaringan dengan mitra lain.

"Itu tidak bisa diakses IPO tapi bisa lewat strategic partner. Jadi IPO lebih ke opsi," kata Ongki.

Berbeda dengan dua perusahaan sebelumnya, Kioson merupakan startup pertama yang melakukan IPO.

CEO Kioson Jasin Halim mengatakan, sebelum melakukan IPO, pihaknya mempelajari dulu beberapa perusahaan untuk menjadi investor. Prosesnya cukup panjang, memakan waktu 8 bulan. Namun, calon investor terus bernegosiasi sehingga tak terapai kesepakatan.

Kioson memutuskan untuk mencari dana sendiri. Jasin mengatakan, ia melihat saat itu belum ada satupun perusahaan startup yang IPO.

"Saya lihat ini kesempatan. Bisa saja memberi dampak yang jelek. Tapi kalau kita lakukan IPO saat itu akan memberikan visibility buat kota," kata Jasin.

Setelah melakukan IPO, calon investor mulai banyak berdatangan. Selain perbankan, ada pula investor asing yang tertarik. Ternyata hal tersebut, kata Jasin, membawa dampak positif bagi Kioson. Memang hasilnya tak sebesar perolehan unicorn, namun pendanaan yang dihimpun cukup signifikan.

"Ini bisa jadi pertimbangan startup. Kalau terlalu lama nego untuk value, timing, biarkan publik yang tentukan," kata dia.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/12/04/111200026/cari-pendanaan-startup-pilih-fundraising-konvensional-atau-ipo-

Terkini Lainnya

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke