Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bank Dunia Sebut Indonesia Harus Genjot Investasi dan Ekspor, Mengapa?

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam laporan Indonesia Economic Quarterly edisi Desember 2018 yang dirilis Bank Dunia, Indonesia dinilai telah berhasil bertahan di tengah gejolak global yang besar. Ini berkat fundamental makroekonomi dan koordinasi kebijakan yang cukup kuat.

Laporan Bank Dunia kali ini mengangkat pentingnya reformasi kebijakan untuk mendorong perdagangan dan investasi asing langsung. Hal ini tidak hanya akan membuat Indonesia lebih kompetitif secara global dan menciptakan lapangan kerja, tetapi juga akan memperkuat posisi neraca transaksi berjalan dan meningkatkan ketahanan.

"Meski tekanan pada rupiah telah berkurang, Indonesia harus semakin memperkuat posisi eksternalnya dengan mempercepat upaya peningkatan ekspor dan investasi,” ujar Ekonom Utama untuk Bank Dunia di Indonesia Frederico Gil Sander di Jakarta, Kamis (13/12/2018).

Bank Dunia menilai, dengan kebijakan moneter dan fiskal yang menjaga stabilitas ekonomi makro, ekonomi indonesia tumbuh dengan kuat sebesar 5,2 persen pada kuartal III 2018. Pertumbuhan investasi tetap menjadi pendorong utama ekonomi, dengan investasi konstruksi menguat dibanding kuartal sebelumnya.

Sementara konsumsi masyarakat sedikit menurun, lonjakan konsumsi pemerintah mempertahankan pertumbuhan konsumsi secara keseluruhan.

“Koordinasi pemerintah dalam hal kebijakan moneter, fiskal dan nilai tukar telah membantu Indonesia melewati gejolak eksternal yang baru-baru ini terjadi,” kata Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Rodrigo A Chaves pada kesempatan yang sama.

Chaves menyebut, adanya reformasi struktural yang dapat mengurangi kerentanan domestik akan semakin meningkatkan ketahanan ekonomi serta mendorong kemampuan mengelola gejolak global dengan lebih baik apabila hal tersebut kembali terjadi di masa depan.

Sementara, untuk pertumbuhan ekonomi tahunan, Bank Dunia memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) riil mencapai 5,2 persen untuk tahun 2019. Angka tersebut sama dengan angka pertumbuhan ekonomi kuartal III tahun 2018, tapi sedikit lebih tinggi dari tahun 2017.

“Permintaan domestik yang lebih kuat masih didominasi investasi, dan diperkirakan akan lebih besar daripada hambatan sektor eksternal, di tengah melambatnya pertumbuhan global dan berlanjutnya ketidakpastian kebijakan perdagangan global,” tuturnya.

Bank Dunia pun mengingatkan, ke depan kondisi eksternal kemungkinan akan terus membawa risiko besar terhadap proyeksi pertumbuhan Indonesia. Ini terkait terus berlanjutnya ketidakpastian terkait perdagangan global, dan kemungkinan pengetatan kebijakan moneter AS yang lebih lanjut.

Kondisi tersebut dapat menyebabkan banyaknya arus modal keluar dan gejolak keuangan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

"Langkah-langkah seperti menerapkan perjanjian perdagangan bebas dan merevisi Daftar Negatif Investasi (DNI) untuk mengurangi pembatasan investasi dari luar negeri akan meningkatkan daya saing Indonesia dan menciptakan pekerjaan yang baik sehingga semakin banyak penduduk Indonesia menjadi bagian kelas menengah,” tandasnya.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/12/13/154949426/bank-dunia-sebut-indonesia-harus-genjot-investasi-dan-ekspor-mengapa

Terkini Lainnya

Mudah, Begini Cara Cek Saldo JHT BPJS Ketenagakerjaan via Aplikasi JMO

Mudah, Begini Cara Cek Saldo JHT BPJS Ketenagakerjaan via Aplikasi JMO

Whats New
OJK: Portofolio Investasi Dana Pensiun Masih Didominasi Instrumen SBN

OJK: Portofolio Investasi Dana Pensiun Masih Didominasi Instrumen SBN

Whats New
Capex Adalah: Pengertian, Jenis, Contoh, dan Cara Menghitungnya

Capex Adalah: Pengertian, Jenis, Contoh, dan Cara Menghitungnya

Earn Smart
Prospek Reksadana Campuran Dinilai Masih Menarik, Ini Alasannya

Prospek Reksadana Campuran Dinilai Masih Menarik, Ini Alasannya

Whats New
Pemerintah Kantongi Rp 21,36 Triliun dari Lelang 7 Seri Surat Utang Negara

Pemerintah Kantongi Rp 21,36 Triliun dari Lelang 7 Seri Surat Utang Negara

Whats New
OJK Tindak 45 Iklan Keuangan yang Langgar Aturan pada Kuartal I-2024

OJK Tindak 45 Iklan Keuangan yang Langgar Aturan pada Kuartal I-2024

Whats New
Asosiasi Vape Gencarkan Edukasi untuk Kurangi Kebiasaan Merokok

Asosiasi Vape Gencarkan Edukasi untuk Kurangi Kebiasaan Merokok

Whats New
Cara Resign dari Pekerjaan dengan Sopan dan Tanpa Drama

Cara Resign dari Pekerjaan dengan Sopan dan Tanpa Drama

Work Smart
PGN Saka Resmi Perpanjang Kontrak WK Ketapang Bersama Petronas di IPA Convex 2024

PGN Saka Resmi Perpanjang Kontrak WK Ketapang Bersama Petronas di IPA Convex 2024

Whats New
MSIG Life Bayar Klaim Meninggal Dunia dan Kesehatan Rp 164 Miliar per Kuartal I 2024

MSIG Life Bayar Klaim Meninggal Dunia dan Kesehatan Rp 164 Miliar per Kuartal I 2024

Whats New
Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Di IPA Convex 2024, Pertamina, Petronas, dan MedcoEnergi Sepakat Prioritaskan Kolaborasi

Di IPA Convex 2024, Pertamina, Petronas, dan MedcoEnergi Sepakat Prioritaskan Kolaborasi

Whats New
Bank Mandiri: Suku Bunga Acuan Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Bank Mandiri: Suku Bunga Acuan Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Whats New
Freeport Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3-S2, Simak Persyaratannya

Freeport Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3-S2, Simak Persyaratannya

Work Smart
Pemerintah Tetapkan 16 PSN Baru, Pelaksanaannya Disebut Tak Butuh APBN

Pemerintah Tetapkan 16 PSN Baru, Pelaksanaannya Disebut Tak Butuh APBN

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke