Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Polemik "Caption Pesanan", dari "Gimmick" hingga Karakter Diri

Adapun tujuannya untuk mendapatkan komentar dan likes sebanyak-banyaknya. Namun, ada juga beberapa orang yang merasa dirinya tidak bisa membuat caption dengan baik.

Peluang inilah yang membuat penulis buku Titik Lemah (2018), Zarry Hendrik, membuka jasa penulisan caption berbayar untuk media sosial, seperti Instagram, Facebook, Twitter, dan lainnya.

Tak tanggung-tanggung, ia bisa dibayar seharga Rp 50.000 hingga Rp 400.000 untuk satu caption bikinannya.

Di media sosial, beberapa warganet mengungkapkan bahwa harga jasa penulisan caption ini terlalu mahal. Sontak, Zarry Hendrik menjadi pembicaraan.

Ada warganet yang menanggapinya dengan cibiran dan nyinyiran. Namun, ada juga yang menanggapi bisnis caption itu sebagai peluang yang dimanfaatkan secara kreatif.

Zarry sendiri bersikap santai menanggapi polemik di media sosial. Bahkan, dia juga mengakui bahwa jasa caption ini juga menjadi gimmick atau cara menarik perhatian terhadap buku yang baru dirilisnya.

"Saya promosi jasa caption di medsos sebenarnya untuk gimmick promosi buku saya, Titik Lemah ini," ujar Zarry saat dihubungi Kompas.com pada Rabu (2/1/2019).

Menurut dia, harga pemesanan caption memang terbilang mahal. Karena itu, ia pun menyarankan warganet yang tak bersedia membayar penulisan caption untuk mencari inspirasi dari buku karyanya yang dirilis pada Desember 2018.

"Daripada beli caption mending beli buku saya, tapi banyak yang minta dibuatkan caption saja. Jadi rezeki tidak saya tolak," ujar dia.

"Ada dong, ada banget kesusahannya. Misalnya, deskripsinya terlalu membingungkan, tentang permasalahan remaja saat ini. Tapi mau enggak mau juga harus kita tangani dengan profesional," ujar Zarry.

Zarry juga mengungkapkan, pada minggu awal menjalani jasa pembuatan caption, ia merasa kerepotan dengan banyaknya pesanan,

Akhirnya ia memutuskan untuk bekerja sama dengan empat komika (pelawak) untuk membuat caption dengan guyonan yang segar.

Lalu, apakah ada klien yang merasa tidak puas dengan caption yang telah dibuat?

Zarry menjawab ada. Ia mengatakan, ada klien yang merasa caption-nya kurang romantis. Tentunya ia segera memperbaiki.

Meski begitu, aturan yang diberlakukan Zarry juga tegas: Ia hanya memberlakukan revisi maksimal satu kali dalam caption.

"Tapi biasanya setelah revisi kedua sudah oke," ujar Zarry.

Karakter

Pengamat media sosial Nukman Luthfie menanggapi bisnis "caption pesanan" secara positif.

Menurut Nukman, kemunculan jasa ini didasarkan pada keinginan seseorang agar aktivitasnya di media sosial mendapat perhatian. Dalam hal ini, tentu saja perhatian itu adalah banyaknya likes dan komentar dalam setiap post.

Nukman juga menjelaskan bahwa munculnya jasa penulisan caption ini biasanya berawal saat post yang ditulis seseorang jarang mendapat respons.

"Dia pengin engagement (keterikatan atau interaksi dengan followers) yang tinggi, terus viral, kemudian ingin postingan-nya disebar ke mana-mana. Kan kalau dari tulisan profesional pasti bagus caption-nya," ujar Nukman.

Meski begitu, Nukman menyatakan bahwa tiap orang memiliki keunikan masing-masing, termasuk karakter dalam tulisan di media sosial.

Ia pun menyarankan agar para pemesan sebaiknya tidak terlalu sering menggunakan jasa penulisan caption, karena hal itu tidak membentuk karakter diri.

"Saya menyarankan saja, untuk setiap akun jika ingin membangun karakternya sendiri, bolehlah pakai jasa penulisan caption sekali-kali saja," ujar Nukman.

"Tapi mereka juga harus memiliki kemampuan untuk membuat caption-nya sendiri. Karena orang mau tulisan karakter dia, bukan caption yang ditulis orang lain. Sekali-kali tidak apa-apa buat belajar," ujar dia.

https://ekonomi.kompas.com/read/2019/01/04/172203226/polemik-caption-pesanan-dari-gimmick-hingga-karakter-diri

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke