Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Fraksi Demokrat Dorong Bentuk Pansus Divestasi Freeport, Mengapa?

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat Muhammad Nasir menganggap banyak kejanggalan dari divestasi 51 persen saham PT Freeport Indonesia oleh pemerimtah melalui PT Inalum.

Menurut dia, keputusan tersebut banyak berbenturan dengan regulasi yang ada. Oleh karena itu, ia mengatasnamakan partainya mendorong dibentuknya panitia khusus (pansus) membahas kasus Freeport.

"Untuk minta pertanggungjawaban para Dirjen dan keputusan tersebut, kami dari Fraksi Demokrat meneruskan interupsi untuk membentuk pansus supaya kasus pengambilalihan saham Freeport lebih jelas dan terang," ujar Nasir di ruang rapat Komisi VII, Kompleks DPR RI, Jakarta, Selasa (15/1/2019).

Hal itu dia sampaikan saat melakukan rapat dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, PT Inalum, dan PT Freeport Indonesia.

Nasir ingin semua instansi terkait, termasuk instansi dan lembaga yang hadir dalam rapat tersebut juga dilibatkan dalam kasus Freeport. Nasir mempertanyakan kegentingan pemerintah untuk melakukan divestasi saham PTFI.

Menurut dia, merebut 51 persen aset PT Freeport akan lebih mudah jika dilakukan pada 2021 saat kontrak karyanya habis. Ia menganggap banyak kejanggalan, terutama dari sisi regulasi.

"Ini ruang yang dipaksakan dan banyak menabrak aturan. Saya melihat karena kepentingan seseorang ini lahir semua. Hanya karena divestasi Inalum, harus buat Peraturan Menteri baru, Surat Keputusan baru. Ada kepentingan apa?" kata Nasir.

Nasir juga menganggap ada perlakuan khusus Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terhadap Freeport karena bisa dalam waktu singkat mengeluarkan Izin Usaha Khusus Pertambangan. Ia membandingkan dengan kasus di daerah pemilihannya, Riau, di mana banyak pengajuan izin usaha tambang yang belum selesai diurus hingga hitungan bulan bahkan tahun.

"Apakah kepentingan Freeport lebih penting daripada kepentingan daerah saya. Harusnya Inalum bisa menunggu sampai 2021," kata Nasir.

Nasir mengatakan, daripada mengurus divestasi Freeport, masih banyak tumbukan masalah Inalum yang belum selesai, termasuk masalah limbah.

Selama menjadi anggota DPR dalam dua periode, menurut Nasir, belum pernah ada perusahaan yang diperlakukan istimewa seperti Freeport. Apalagi sampai membuat regulasi baru untuk melegalkan divestasi saham Freeport.

"Semua aturan dalam tahun ini diubah semua. Kok di (tahun) ini diubah. Sedikit-sedikit bikin Permen," kata Nasir.

https://ekonomi.kompas.com/read/2019/01/15/191952626/fraksi-demokrat-dorong-bentuk-pansus-divestasi-freeport-mengapa

Terkini Lainnya

Cara Isi Saldo GoPay lewat Aplikasi DANA

Cara Isi Saldo GoPay lewat Aplikasi DANA

Spend Smart
Cara Cek Nomor Rekening BSI dengan Mudah

Cara Cek Nomor Rekening BSI dengan Mudah

Spend Smart
Harga Paket Vision+ dan Cara Berlangganan

Harga Paket Vision+ dan Cara Berlangganan

Spend Smart
Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan 'Tax Holiday'

Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan "Tax Holiday"

Whats New
Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Whats New
Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Whats New
Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Spend Smart
Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Whats New
Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Whats New
Perluasan Sektor Kredit, 'Jamu Manis' Terbaru dari BI untuk Perbankan

Perluasan Sektor Kredit, "Jamu Manis" Terbaru dari BI untuk Perbankan

Whats New
Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Whats New
Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Whats New
Soal Boks Mainan Megatron 'Influencer' Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Soal Boks Mainan Megatron "Influencer" Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke