Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saya Ketakutan, Noorsyaidah Tersenyum (22)

Kompas.com - 13/07/2008, 03:56 WIB

HANYA sekali saya berani memegang kawat-kawat yang "pabriknya" berada di perut Noorsyaidah itu. Selanjutnya saya meminta Noorsyaidah untuk meletakkannya kembali ke dalam sebuah bupet berwarna merah muda. Di bupet kecil itu dia mengoleksi semua kawat yang telah terlepas dan berjatuhan dari perutnya.

Karena gugup bercampur takut, saya justru lupa bertanya, berapa batang kawat yang sudah dikoleksi Noorsyaidah. Soal jumlah batang kawat, saya pikir tidak begitu penting. Toh dari foto yang saya ambil, saya sudah bisa membayangkan sendiri, berapa kira-kira jumlah batangan besi kecil itu. Yang jelas, semenjak bertemu Noorsyaidah saya bisa merasakan betapa perempuan itu begitu menderita sepanjang hidupnya. Dan, saat itu pula saya merasakan betapa besar kuasa Allah SWT.

Di dalam bupet itu, saya juga melihat ada beberapa carik kertas bertuliskan semacam huruf Arab dan lainnya. Entah apa maksudnya. Saya pun enggan menanyakan kepada Noor, karena lagi-lagi bulu kuduk saya sudah berdiri lebih dulu.

Saya merasakan nuansa magis. Mengalihkan rasa takut, akhirnya saya mencoba memulai pembicaraan dengan bertanya kepada Noorsyaidah terkait sebab-musabab datangnya penyakit aneh yang dialaminya.

"Kejadiannya sekitar tahun 1991 lalu, kalau dihitung-hitung sampai sekarang artinya sudah 17 tahun lebih saya mengalaminya," ujar Noor mulai bertutur.

Mendengar kata 17 tahun lebih, saya dibuat terkejut kembali dan takjub bukan kepalang, tak terasa dalam hati saya berkata. Ya Allah, ini benar-benar mukjizat dan sungguh manusia yang tabah. Bayangkan, selama itu, dengan kawat-kawat yang mudah berkarat itu dan keluar dari perutnya itu, ia masih sanggup bertahan hidup. Rasa penasaran di hati semakin berkecamuk, dengan mempertanyakan cara makannya seperti apa, sistem pencernaannya bagaimana.

Noor menjawab, bahwa semua lancar tanpa hambatan. Dan hal itu dibuktikannya, saat saya bertamu di rumahnya itu, dia dengan mudahnya mampu menelan minuman jus orange dari sebuah gelas. Bahkan di kesempatan itu, dia sempat meminta keponakannya untuk menambah satu gelas lagi untuknya.

Pembicaraan terus mencair, Noor rupanya suka bercanda. Barangkali untuk menghilangkan rasa stres terhadap penyakit aneh yang telah dideritanya belasan tahun itu. Di tengah pembicaraan Noor bercanda lagi. Katanya. "Awas loh, ntar bisa terbang kawatnya," katanya sambil tersenyum kecil kepada saya.

Dengan sangat terpaksa saya pun ikut tersenyum. Sebenarnya bulu kuduk ini berdiri, karena saya berpikir jangan sampai kawat itu bisa terbang seperti guyonan Noorsyaidah itu.

Eh rupanya, Noor bisa membaca pikiran saya yang sedang takut namun malu-malu memperlihatkan rasa takut itu. "Jangan takut mas, saya saja tidak takut. Yang penting niatnya baik," katanya sambil tersenyum kecil lagi. Alhamdulillah, saya pun cukup terobati dengan ungkapan dia itu.

Sekitar satu jam lebih dan merasa cukup tentang semua yang saya tanyakan dan mendapat cerita dari Noor, akhirnya saya pamit. Kendati Noor dan keluarganya saat saya sudah mulai melangkahkan kaki keluar dari rumah Noor, memberikan motivasi agar tidak takut, namun sebenarnya semua yang saya alami tetap terpikirkan hingga dalam perjalanan ke kantor.

"Mudah-mudahan tidak ada kejadian aneh selama perjalanan ke kantor, bismillah," ucap saya dalam hati. Karena jujur saja, biarpun Noor menghibur saya pada saat di rumahnya dengan selingan cerita lucunya, bayangan kawat terbang tetap terbayang-bayang selama perjalanan saya ke kantor.

Alhamdulillah dan mudah-mudahan tidak untuk selanjutnya juga, semua berjalan dengan baik, dan akhirnya pada keesokan harinya cerita penyakit aneh dan satu-satunya bahkan mungkin di dunia ini yang dialami Noorsyaidah ini menjadi heboh di seantero Nusantara. Semoga Bu Noorsyaidah segera sembuh. (muh khaidir)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com