Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesetiaan "Pejuang" Tahu dan Tempe

Kompas.com - 21/10/2008, 07:26 WIB

”Kami ganti kayu bakar karena minyak tanah sudah tidak terjangkau. Pakai gas mimpi sajalah. Kayu bakar pun kami beli, tidak gratis,” kata Surani (35), adik ipar Suwarno. Tak dapat dipastikan kapan usaha Suwarno dapat berdiri lagi.

Siasat wong cilik

Sebagai gambaran, selain kedelai, komponen produksi tahu setiap kelompok perajin adalah kayu bakar Rp 700.000 per satu mobil bak. Sewa diesel untuk menggiling kedelai Rp 40.000 per kuintal. Solar Rp 6.500 per liter, sewa tempat kisaran Rp 450.000 per bulan, listrik Rp 250.000 per bulan per kelompok. Upah pegawai rata-rata Rp 15.000 per orang.

Dengan demikian, subsidi kedelai seolah seperti gula-gula sesaat bagi para perajin untuk bertahan. Sementara beban komponen produksi lainnya dipanggul mereka sepenuhnya. Dengan segala kecerdikan bersiasat khas wong cilik.

Soal solar, misalnya. Para perajin kini terpaksa membeli solar di atas harga resmi. Penyebabnya, petugas di stasiun pengisian bahan bakar untuk umum menolak perajin tahu dan tempe yang hendak membeli solar dengan jeriken. ”Harus ada izin. Macam-macam syaratnya. Kami mentok,” kata Sutarno (37), perajin tahu lainnya.

Akhirnya, para perajin saat ini titip beli pada truk atau bus yang mengisi solar (Rp 5.500 per liter) di SPBU. Baru kemudian, perajin menyedot solar dari tangki BBM bus atau truk tersebut. Dengan cara ini, solar terpaksa ditebus perajin seharga Rp 6.500 per liter.

Bagi Cahyoto (49), perajin tempe di Jalan N, Haji Ung, Kelurahan Utan Panjang, Jakarta Pusat, iklim usaha para perajin akan membaik lebih signifikan jika harga kedelai turun di kisaran Rp 3.000 per kg. Setidaknya, harga itu untuk kompensasi ongkos komponen produksi lainnya yang sudah sulit disiasati begitu rupa.

Cukup untuk makan

Meski kondisi belum menjanjikan, dibayangi rasa waswas, para pejuang tahu dan tempe ini tetaplah bersyukur. Begitu juga yang dirasakan para perajin tempe di Kelurahan Sirnagalih, Kecamatan Neglasari, dan Kelurahan Koang Jaya di Kecamatan Karawaci, keduanya di Kota Tangerang. Mereka merasa, setidaknya bisa bernapas lagi setelah sempat tercekik saat harga kedelai meroket tanpa ampun.

Perajin tempe, Riadi dan Tarmuji, misalnya, mengaku masih bisa meraih untung tipis dengan memproduksi 40 kg kedelai menjadi 320 lonjor tempe. Ukuran cukup bagi para perajin tahu dan tempe ini adalah, ”Cukup untuk bayar pegawai, listrik, dan makan sekeluarga,” kata Kartono, perajin tempe asal Pemalang yang menjadi ketua kelompok perajin tempe di Koang Jaya.

Kendati harga kedelai mulai turun, para perajin khawatir harga akan naik lagi. Terlebih, Amerika Serikat—negara asal kedelai yang mereka olah—tengah krisis finansial.

Di tengah kondisi yang dibayangi ketidakpastian ini, setidaknya masih ada satu hal yang pasti. Tiada lain, kesetiaan para perajin, yang masih terus tekun memproduksi penganan sumber protein rakyat paling terjangkau saat ini.

”Bikin tempe adalah takdir saya,” kata Robin (61), perajin tempe di Tegal Parang, sejak 40 tahun lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Imbas Kasus Kekerasan, Kemenhub Tidak Buka Penerimaan Taruna Baru STIP Jakarta Tahun Ini

Imbas Kasus Kekerasan, Kemenhub Tidak Buka Penerimaan Taruna Baru STIP Jakarta Tahun Ini

Whats New
Sri Mulyani Lagi-lagi Bertemu Pimpinan Bea Cukai, Bahas Keluhan Masyarakat

Sri Mulyani Lagi-lagi Bertemu Pimpinan Bea Cukai, Bahas Keluhan Masyarakat

Whats New
Mengapa Malaysia dan Singapura Hambat Industri Semikonduktor Indonesia?

Mengapa Malaysia dan Singapura Hambat Industri Semikonduktor Indonesia?

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Whats New
Bagaimana Cara Cek Kelaikan Bus yang Mau Ditumpangi? Simak di Sini

Bagaimana Cara Cek Kelaikan Bus yang Mau Ditumpangi? Simak di Sini

Spend Smart
Turun, Simak Rincian Harga Emas Antam Hari ini 14 Mei 2024

Turun, Simak Rincian Harga Emas Antam Hari ini 14 Mei 2024

Spend Smart
Kasus Gagal Bayar TaniFund, OJK Temukan Dugaan Pelanggaran Pidana

Kasus Gagal Bayar TaniFund, OJK Temukan Dugaan Pelanggaran Pidana

Whats New
IHSG Awal Sesi Lanjutkan Kenaikan, Rupiah Masih Melemah

IHSG Awal Sesi Lanjutkan Kenaikan, Rupiah Masih Melemah

Whats New
KAI Operasikan 4 Kereta Api Tambahan pada 12-31 Mei 2024, Simak Daftarnya

KAI Operasikan 4 Kereta Api Tambahan pada 12-31 Mei 2024, Simak Daftarnya

Whats New
Apakah Ekonomi Vietnam Akan Menyalip Indonesia?

Apakah Ekonomi Vietnam Akan Menyalip Indonesia?

Whats New
Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Menparekraf: Bukan Representasi Ramah-tamah Kita

Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Menparekraf: Bukan Representasi Ramah-tamah Kita

Whats New
Pendaftaran Seleksi CPNS Sekolah Kedinasan Dibuka 15 Mei 2024

Pendaftaran Seleksi CPNS Sekolah Kedinasan Dibuka 15 Mei 2024

Whats New
IHSG Bakal Lanjutkan Penguatan? Simak Analisis dan Rekomendasi Saham Hari Ini

IHSG Bakal Lanjutkan Penguatan? Simak Analisis dan Rekomendasi Saham Hari Ini

Whats New
Tahun Lalu Pajak, Tahun Ini Giliran Bea Cukai yang 'Dikuliti' Warganet

Tahun Lalu Pajak, Tahun Ini Giliran Bea Cukai yang "Dikuliti" Warganet

Whats New
Inflasi Bayangi Wall Street, Dow Jones Ditutup Melemah

Inflasi Bayangi Wall Street, Dow Jones Ditutup Melemah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com