Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selalu Ada Jalan, Bukan Jalur Pintas

Kompas.com - 13/11/2008, 01:11 WIB

Tak sedikit pula yang mengeluh sulit meyakinkan orangtua untuk merestui anaknya berbisnis sendiri, tidak menjadi pegawai atau karyawan.

”Kalau mau jadi entrepreneur, mulailah dari sekarang. Jangan berencana mulai setelah lulus kuliah. Apalagi, kalau Anda berusaha lulus dengan indeks prestasi tinggi, besar kemungkinan muncul harapan dan iming-iming untuk jadi pegawai,” ujar Wahyu.

Menurut Bob, sikap mental yang menjadi prasyarat utama menjadi pengusaha adalah tidak banyak berharap, menghilangkan rasa takut, dan mengubah pola pikir. ”Harus punya kemauan dan tekad kuat mengubah diri Anda, dari bagaimanapun adanya sekarang. Tekad yang kuat itu tidak cukup kalau tak ada keberanian mengambil peluang. Namun, Anda baru jadi entrepreneur kalau sudah terbukti tahan banting dan tidak cengeng,” paparnya.

Mendengar pertanyaan, komentar, dan keluhan para mahasiswa, Bob menilai, sangat kuat keinginan para mahasiswa untuk menemukan metode paling cepat, atau jalan pintas, agar sukses berbisnis.

Padahal, pengalaman bisnis puluhan tahun mengajarkan, tidak ada jalan pintas untuk mendapat untung besar. ”Kecuali Anda jadi koruptor, maling, atau jualan sabu.”

Pada usia senja, kesediaan Bob berkampanye mengajak mahasiswa menerjuni dunia kewirausahaan dilatari keprihatinan mendalam. Ia mengingatkan, jumlah pengusaha di negeri ini hanya 0,18 persen dari total penduduk. Padahal, di negeri sekecil Singapura, jumlah pengusahanya 7,2 persen dan perekonomiannya maju pesat. Sebaliknya, dengan segala sumber kekayaan alam Indonesia, penduduk negeri ini masih dijerat kemiskinan.

Para pengajar di sekolah formal turut andil ”melemahkan” semangat kewirausahaan. ”Saya pernah menyuruh anak saya yang masih SD berjualan mainan ke temen-temen-nya di sekolah. Eh, malah dilarang guru. Dari kecil, di sekolah, anak-anak dididik untuk membeli bukan menjual,” ujar Wahyu. 
(NUR HIDAYATI)

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com