Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suku Bunga Naik, Pengembang Pasang Diskon

Kompas.com - 03/04/2009, 16:14 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Ekonomi dunia yang melambat membuat usaha properti sedikit tertekan. Terlebih, suku bunga perbankan yang masih bertengger di level yang tinggi turut memperkecil daya tumbuh sektor usaha yang satu ini.

Walaupun begitu, minat orang akan perumahan masih tetap tinggi. Tak heran jika setiap pengembang terus menggenjot proyek sekaligus penjualan unit-unit rumahnya.

Menurut Rosihan Saad, Corporate Secretary PT Gapura Prima, saat ini persaingan antarpengembang tetap ketat walau daya beli masyarakat melemah. "Masa pemilu juga membuat orang menahan pembelian rumah sebagai sarana investasi," imbuh Saad. Namun, persaingan tersebut belum mengarah ke jor-joran harga untuk memperebutkan pembeli.

Menurut Saad, pihaknya masih bisa menciduk potensi pertumbuhan di bisnis ini. Caranya, dengan menerapkan strategi pemasaran yang tepat khusus masa krisis. "Kalau KPR terganggu, maka kami akan bantu calon pembeli," ujarnya.

Untuk itu, Gapura Prima dengan jeli membidik segmen berduit yang masih menahan uangnya. Beberapa cara yang dilakukan Gapura Prima antara lain dengan cara memberikan kemudahan down payment, subsidi bunga, perpanjangan pembayaran cicilan sampai pada diskon atau potongan harga.

Salah satu garapan Gapura Prima yang sukses berada di CBD Serpong. Di daerah tersebut, Gapura Prima menerapkan strategi mengembalikan 100 persen uang pembeli unit rumah atau apartemennya setelah cicilan diangsur selama 10 tahun.

"Dengan strategi ini kami berhasil mendongkrak penjualan. Orang yang tadinya menahan uangnya jadi tergiur untuk membeli," ujarnya. Padahal, harga yang ditawarkan ke pembeli tersebut lebih mahal sedikit dari apartemen atau rumah dengan tipe sejenis yang ditawarkan pengembang lain di daerah tersebut.

Tak hanya daerah seputar ibu kota yang tertekan krisis dan kenaikan suku bunga KPR. Pengembang properti di daerah pun turut merasakan seretnya penjualan dan meningkatnya suhu persaingan.

Misalkan saja di kota pelajar Yogyakarta. Menurut salah satu pengembang terkemuka di kota ini, PT Gerbang Madani Group, tingkat persaingan properti di kota gudeg ini bisa menjurus ke arah persaingan harga. "Namun sampai kuartal pertama tahun ini, persaingan harga belum akan terjadi," ramal Evi Noviyanti, Direktur PT Gerbang Madani Group.

Pasalnya, jumlah pengunjung ke kota Yogyakarta berkurang drastis. Padahal, properti di Yogyakarta sangat diminati oleh pembeli-pembeli dari luar Yogyakarta. Mereka pada dasarnya ingin membeli rumah untuk keperluan kuliah atau untuk hari tua.

"Penjualan di Februari sedikit menurun karena banyak orang menahan uangnya," tukas Evi. Untuk mengatasinya, Evi tetap aktif menjaring pelanggan-pelanggan lamanya untuk membeli unit-unit perumahannya.

"Kami memberikan penawaran khusus berupa diskon harga sampai batas tertentu bagi pelanggan lama kami," ujarnya. Dengan cara tersebut, penjualan PT Gerbang Madani Grup tetap tumbuh walau masih kalah dengan bulan yang sama tahun lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com