Dalam tradisi Melayu pesisir, minum kopi adalah momen berbagi cerita dan informasi. Juga momen untuk diskusi. Tak heran kalau menghabiskan secangkir kopi bisa mamakan waktu berjam-jam.
“Kalau Anda mau tahu ada apa di Belitung hari ini, tidak perlu membeli koran. Datang saja ke kedai kopi. Semua informasi akan Anda dapatkan di sana,”jelas Kusumah, pemandu perjalanan kami dari agen perjalanan setempat.
Kawasan warung kopi Ake dikenal dengan sebutan Kafe Senang. Entah dari mana asal-usul itu. Dari dulu sudah disebut demikian. Warung kopi Ake sendiri sudah ada di tempat itu selama empat generasi. Warung itu kini dijaga oleh Akiong (53), anak Ake (75), yang sekarang tinggal di Jakarta. Warung kopi pertama kali didirikan oleh kakek Ake. Akiong tidak tahu tahun berapa persisnya warung kopi ini berdiri.
Di Belitung secangkir kopi disajikan dengan cara yang khas. Bubuk kopi tidak dituang satu-satu ke masing-masing gelas melainkan diaduk dalam sebuah gelas besar. Dari gelas besar itu kopi dituangkan ke dalam gelas dengan saringan berbentuk seperti kaus kaki. Dengan cara ini ampas kopi tidak ikut dalam gelas yang disajikan kepada pelanggan.
Saya pernah minum kopi di beberapa kedai kopi di Jambi, Lhokseumawe, dan Medan. Dengan kadar kekentalan yang berbeda cita rasa kopinya sama. Di warung Ake, kopi yang disajikan tidak terlalu pekat, meski warnanya hitam. Selain panas, kopi di sana juga lazim disajikan dingin dengan es atau dicampur susu kental manis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.