Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aquafarm Diminta Buktikan Tak Cemari Danau Toba

Kompas.com - 03/01/2010, 20:30 WIB

MEDAN, KOMPAS.com - Perusahaan budidaya ikan nila, PT Aquafarm Nusantara, diminta membuktikan proses produksi mereka tak mencemari Danau Toba. Perusahaan penanaman modal asing dari Swiss ini diminta membuat kajian ilmiah yang dapat diseminarkan agar masyarakat dan pemerintah daerah yakin, Danau Toba sebagai tempat pembudidayaan ikan nila perusahaan tersebut tak tercemar.

Menurut anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Sumatera Utara Parlindungan Purba, Aquafarm sempat menjanjikan akan membuat seminar ilmiah soal dampak lingkungan budidaya ikan nila di Danau Toba. Akan tetapi rencana tersebut tak kunjung terlaksana, meski pun dugaan Aquafarm mencemari Danau Toba menjadi isu yang tetap berkembang di masyarakat.

"Kami minta Aquafarm membuktikan kalau mereka tak mencemari Danau Toba. Dalam tiga bulan ini paling tidak harus ada seminar ilmiah soal itu," ujar Parlindungan di Medan, Minggu (3/12/2010).

Parlindungan mengungkapkan, tuntutan agar Aquafarm membuktikan tak mencemari Danau Toba ini tak main-main. "Bila tak ada realisasi seminar ilmiah, kami juga mengusulkan Aquafarm ditutup saja karena sebelumnya mereka sudah pernah berjanji akan menggelarnya," katanya.

Parlindungan berpendapat, sangat wajar jika masyarakat menduga Aquafarm mencemari Danau Toba. Ada 100 ton pakan ikan yang masuk ke Danau Toba setiap harinya. "Memang makanannya terapung, tetapi kan juga belum ada jaminan bahwa itu tak mencemari danau," katanya.

Dia juga mengakui, soal pakan ikan ini, petani keramba jaring apung juga melakukan hal yang sama. "Ada dua ton pakan ikan yang diberikan petani setiap harinya ke keramba jaring apung mereka," katanya.

Jamin

Manajer Pembesaran PT Aquafarm Hermanto menuturkan perusahaannya menjamin proses budidaya ikan nila tak mencemari Danau Toba. Bahkan standardisasi pengelolaan kualitas air melalui monitoring dan pemeriksaan yang sangat ketat. "Kami memiliki laboratorium kualitas air yang memantau 24 parameter setiap bulannya. Parameter tersebut antara lain meliputi kimia, biologi dan fisika air," ujar Hermanto.

Aquafarm, lanjut Hermanto, bekerja sama dengan Wageningen University, Belanda, dalam mengoperasionalkan laboratorium kualitas air tersebut. "Kami juga bekerja sama dengan konsultan asing untuk memantau kualitas air Danau Toba," katanya.

Hermanto mengungkapkan, perusahaannya juga sangat terbuka terhadap pengawasan pemerintah. Dia menuturkan, setiap enam bulan, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Simalungun mengambil sampel air di sekitar tempat pembudidayaan ikan nila Aquafarm.

"Yang pasti kami juga punya dokumen pengelolaan lingkungan yang disetujui Bapedalda (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah) Sumut. Kami ini dimonitor terus oleh pemerintah," katanya. (BIL)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kewajiban Sertifikat Halal bagi UMKM Ditunda hingga 2026

Kewajiban Sertifikat Halal bagi UMKM Ditunda hingga 2026

Whats New
BW Digital dan Anak Usaha Telkom Bangun Sistem Komunikasi Kabel Laut Hubungkan Australia, RI, Singapura

BW Digital dan Anak Usaha Telkom Bangun Sistem Komunikasi Kabel Laut Hubungkan Australia, RI, Singapura

Whats New
Garuda Indonesia Hentikan Sementara Operasional Pesawat yang Alami Insiden Mesin Terbakar

Garuda Indonesia Hentikan Sementara Operasional Pesawat yang Alami Insiden Mesin Terbakar

Whats New
IHSG Diperkirakan Akan Melemah, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Diperkirakan Akan Melemah, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Ditopang Data Inflasi AS, Wall Street Berakhir di Zona Hijau

Ditopang Data Inflasi AS, Wall Street Berakhir di Zona Hijau

Whats New
Masih Terkendali, Inflasi AS Bulan April Turun Jadi 3,4 Persen

Masih Terkendali, Inflasi AS Bulan April Turun Jadi 3,4 Persen

Whats New
Fitch Ratings Proyeksi Defisit Anggaran Pemerintahan Prabowo-Gibran Melebar Dekati 3 Persen

Fitch Ratings Proyeksi Defisit Anggaran Pemerintahan Prabowo-Gibran Melebar Dekati 3 Persen

Whats New
RI Raup Rp 14,8 Triliun dari Ekspor Tuna, Pemerintah Harus Jaga Populasinya

RI Raup Rp 14,8 Triliun dari Ekspor Tuna, Pemerintah Harus Jaga Populasinya

Whats New
OJK Sebut Porsi Pembiayaan Kendaraan Listrik Baru 0,01 Persen

OJK Sebut Porsi Pembiayaan Kendaraan Listrik Baru 0,01 Persen

Whats New
Rencana Merger XL Axiata dan Smartfren Masuk Tahap Evaluasi Awal

Rencana Merger XL Axiata dan Smartfren Masuk Tahap Evaluasi Awal

Whats New
[POPULER MONEY] 2.650 Pekerja Pabrik di Jabar Kena PHK dalam 3 Bulan Terakhir | Percikan Api Bikin Penerbangan Haji Kloter 5 Makassar Balik ke Bandara

[POPULER MONEY] 2.650 Pekerja Pabrik di Jabar Kena PHK dalam 3 Bulan Terakhir | Percikan Api Bikin Penerbangan Haji Kloter 5 Makassar Balik ke Bandara

Whats New
Mesin Pesawat Garuda Terbakar Usai 'Take Off', Kemenhub Lakukan Inspeksi Khusus

Mesin Pesawat Garuda Terbakar Usai "Take Off", Kemenhub Lakukan Inspeksi Khusus

Whats New
Apa Itu Saham Syariah? Simak Pengertian dan Karakteristiknya

Apa Itu Saham Syariah? Simak Pengertian dan Karakteristiknya

Earn Smart
Simak 3 Tips Melunasi Pinjaman Online secara Efektif

Simak 3 Tips Melunasi Pinjaman Online secara Efektif

Whats New
Cara Migrasi PLN Pascabayar ke Prabayar lewat Aplikasi

Cara Migrasi PLN Pascabayar ke Prabayar lewat Aplikasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com