Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Flexi-Esia Penggabungan "Smart"

Kompas.com - 27/06/2010, 16:47 WIB

KOMPAS.com - Mungkin aksi korporasi paling smart di industri telekomunikasi tahun ini adalah rencana konsolidasi, merger atau akuisisi, antara Flexi (PT Telkom) dan Esia (PT Bakrie Telecom). Padahal proses penggabungan juga sudah terjadi antara PT Sinar Mas Telecom (Smart) dan PT Mobile-8 (Fren-Hepi) 2-3 bulan lalu, tetapi tidak menggelegar.

Momen itu tidak hanya menjadi sorotan investor pasar modal dan pemain industri, tetapi juga para politisi. Kepala suku Bakrie, Aburizal Bakrie, adalah Ketua Umum Partai Golkar dan juga Ketua Sekretariat Gabungan Partai-partai Koalisi dengan berbagai persoalan yang membelit kelompok usahanya.

Baru seputar isu saja harga saham Bakrie Telecom (Btel) naik 14,89 persen seminggu pertama Juni menjadi Rp 162 pada 7 Juni 2010. Saham anak usaha Bakrie Brothers itu terus menjulang, sama menjulangnya dengan jumlah utang yang pada akhir Desember 2009 mencapai Rp 4,88 triliun, naik 98,9 persen dari Rp 2,45 triliun pada akhir Desember 2008, menurut laporan keuangan tahun 2009 Bakrie Telecom. Padahal pendapatan usaha Btel di tahun itu hanya Rp 2,74 triliun dengan laba bersih Rp 98,44 miliar.

Isu konsolidasi mengguncang pasar dan membuat operator code division multiple access (CDMA) lain merasa terancam. Penggabungan keduanya menimbulkan kekuatan yang sangat besar, jumlah pelanggan menjadi lebih dari 26 juta, 90 persen pangsa pasar CDMA yang 30 juta. Di seluler, gabungan ini menjadi terbesar keempat setelah PT Telkomsel, PT Indosat, dan PT XL Axiata, yang memantapkan eksistensi CDMA dan mengurangi saling bunuh lewat perang tarif.

Di kala industri telekomunikasi sedang acakadul, penggabungan itu dinilai sangat positif. Selain terjadi penghematan besar dalam biaya modal dan biaya operasi, juga dalam biaya pemasaran, terutama biaya tawar keduanya akan menurun tajam. Selama ini, di lapangan, "pertempuran" dari yang halus sampai yang kasar terjadi antarkedua operator itu walaupun kedua jajaran direksi punya hubungan mesra.

PT Telkom, pemilik prasarana terbaik dari semua operator telekomunikasi, selalu melihat Esia sebagai ancaman serius. Jika dibiarkan, jumlah pelanggan Telkom Flexi yang 15,1 juta akan segera disusul oleh Esia yang pelanggannya baru 11 juta. Tawuran terjadi, konon, akibat pemahaman fair play di jajaran Telkom, fair terhadap Esia di tingkat petinggi, namun play di lapangan. "Dengan penggabungan terjadi penghematan besar-besaran di biaya berantem," ujar salah satu petinggi telekomunikasi.

Untungkan pelanggan Penghematan besar-besaran secara langsung menguntungkan pelanggan karena mutu layanan keduanya akan meningkat, selain biaya modal yang lebih difokuskan ke pengembangan jaringan. Dengan berbagai benefit tadi, pelanggan FlexiEsia diyakini bisa mencapai 40 juta pada tahun 2011.

Kata Dirut PT Telkom Rinaldi Firmansyah kepada media, perlu waktu empat bulan untuk menuntaskan penggabungan yang menjadi bagian transformasi bisnis BUMN itu menjadi perusahaan unggul di layanan telekomunikasi, informasi, media, dan edutainment. Kata anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), Nonot Harsono, perlu waktu setahun untuk mendapat lisensi dan izin operator baru jika konsolidasi itu menggunakan nama baru

Telkom akan spin off (memisahkan) Flexi menjadi PT sendiri untuk merger, tetapi kalau opsinya akuisisi Bakrie, Telkom yang akan mengambil kendali. Dengan merger, baik PT Telkom maupun Btel tidak mengeluarkan dana.

Konsolidasi Konsolidasi akan dimulai oleh Bakrie yang membeli prasarana Flexi berupa base transceiver station (BTS) dan karyawan divisi Flexi yang jumlahnya di atas seribuan orang, lalu melakukan right issue sebesar 40 persen sahamnya yang akan dibeli oleh Telkom. Dengan hitungan harga saham per lembar Rp 162, yang harus dikeluarkan Telkom sekitar Rp 1,84 triliun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Isi Saldo GoPay lewat Aplikasi DANA

Cara Isi Saldo GoPay lewat Aplikasi DANA

Spend Smart
Cara Cek Nomor Rekening BSI dengan Mudah

Cara Cek Nomor Rekening BSI dengan Mudah

Spend Smart
Harga Paket Vision+ dan Cara Berlangganan

Harga Paket Vision+ dan Cara Berlangganan

Spend Smart
Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan 'Tax Holiday'

Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan "Tax Holiday"

Whats New
Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Whats New
Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Whats New
Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Spend Smart
Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Whats New
Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Whats New
Perluasan Sektor Kredit, 'Jamu Manis' Terbaru dari BI untuk Perbankan

Perluasan Sektor Kredit, "Jamu Manis" Terbaru dari BI untuk Perbankan

Whats New
Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Whats New
Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Whats New
Soal Boks Mainan Megatron 'Influencer' Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Soal Boks Mainan Megatron "Influencer" Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com