Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taufik, Raup Puluhan Juta dari Batok Kelapa

Kompas.com - 09/07/2010, 08:46 WIB

Pesanan dalam partai besar membuatnya makin bergairah. Tahun 1995 ia mengikuti kegiatan Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) di Benteng Vredenburg. Saat itu ia memamerkan patung batok kluntung sebagai pengganti bel di rumah-rumah.

Dari pameran-pameran tersebut, pesanan yang diterima makin banyak. Pesanan untuk luar negeri pertama kali ia terima tahun 1996, yakni 700 alat musik marakas (alat musik samba) ke Kanada. Satu unit dihargai Rp 8.000 dan pesanan tersebut berlanjut ke tahun berikutnya sebanyak 10.000 marakas.

Kini setidaknya sudah ada 200 jenis barang yang ia buat dari batok kelapa. Jenisnya aneka ragam, seperti gelas, asbak, tas, dan sendok. Harga jualnya antara Rp 1.500 dan Rp 60.000 per unit.

Untuk mengolah batok kelapa menjadi aneka peralatan rumah tangga, Taufik dibantu 12 karyawan tetap dan 15 tenaga borongan. Semuanya masih tetangga sekitar rumahnya. Peralatan pendukungnya sekitar 20 mesin bubut. ”Saya ingin rezeki saya juga dinikmati tetangga sekitar. Apalagi banyak pengangguran di dusun saya,” katanya.

Taufik berniat membangun sentra usaha batok kelapa di dusunnya. Niatnya itu muncul karena banyaknya pesanan yang masuk sehingga ia kewalahan memenuhinya. Tahun 2000, pesanan dari Jepang terpaksa ditolak karena jumlahnya sangat besar, yakni 80.000 unit tiap tiga bulan.

”Saya tidak sanggup memenuhi permintaan sebanyak itu. Ada delapan jenis barang yang mereka minta. Sebagian besar untuk tempat makanan cepat saji, jadi pemakaiannya sekali langsung dibuang,” katanya.

Sudah ada 30 tetangganya yang diberi pelatihan khusus. Setelah mengusai teknik pemanfaatan batok kelapa, mereka bisa memproduksi sendiri. ”Hasilnya bisa langsung saya tampung sehingga mereka tidak repot-repot mencari pasar. Saya ingin melihat tetangga ikut maju, tetapi sayangnya sulit sekali mengajak mereka. Mereka lebih suka menjadi buruh pabrik,” katanya.

Saat ini omzet Taufik berkisar Rp 90 juta per bulan dengan margin keuntungan sekitar 30 persen. Untuk mendapatkan bahan baku, ia mengambil dari Kulon Progo dan daerah luar Jawa, seperti Jambi dan Lampung.

Pangsa pasar produk kerajinan Cumplung Aji 75 persen ke pasar internasional, yakni Perancis dan Amerika Serikat. Adapun 25 persen sisanya ke pasar lokal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com