Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Kebun ke "Factory Outlet"

Kompas.com - 18/07/2010, 08:15 WIB

Ekspor

Selain untuk kebutuhan lokal, Rancabali juga menjual produknya ke luar negeri. Nugraha mengatakan, teh untuk diekspor bahkan berjumlah hampir 90 persen, dengan pasar terbesar adalah negara-negara di Eropa, terutama Inggris.

Data lima tahun terakhir, produksi teh di Rancabali berjumlah 3.760.279 kg, dengan rata-rata produktivitas 2.261 kg per hektar.

”Serapan di pasar lokal sedikit karena kebiasaan minum teh di Indonesia tidak terlalu kuat seperti di negara lain,” kata Nugraha. Padahal, Indonesia berada dalam posisi lima besar negara produsen teh, setelah India di urutan pertama, China, Sri Lanka, dan Kenya.

Data dalam buku More Than A Cup of Tea yang dikeluarkan Pusat Penelitian Teh dan Kina di Bandung menyebutkan, konsumsi teh masyarakat Indonesia hanya 270 gram per kapita per tahun. Di India, konsumsi minum tehnya jauh lebih besar, yaitu mencapai 750 gram per kapita per tahun.

Sementara masyarakat Turki menjadi pengonsumsi teh terbanyak, yaitu 2,5 kg per kapita per tahun, disusul Inggris dengan 2,1 kg per kapita per tahun.

Melihat kondisi ini, Industri Hilir Teh (IHT) PTPN VIII membuka pasar dalam negeri dengan membuat diversifikasi produk teh Walini agar lebih mudah dinikmati masyarakat. Menurut Manajer IHT Andriani Nasution, mereka mulai mengemas teh sebagai bagian gaya hidup anak muda kota besar.

Berawal dari Kota Bandung, Walini membuat beberapa kedai yang dirancang dengan konsep modern. Kedai teh ini menyatu dengan beberapa factory outlet, salah satunya yang berada di ”Stamp”, Jalan Banda.

Kedai yang cukup besar sedang dipersiapkan di daerah Dago. Di kedai itu nantinya akan ditampilkan atraksi pengolahan teh secara tradisional, yaitu dengan cara disangrai.

Di ”Stamp”, kedai menyediakan berbagai rasa teh, seperti rasa orisinal teh hijau dan hitam, serta berbagai variasi di antaranya dengan rasa jahe dan lemon. Di sini juga disediakan teh Walini dalam kemasan botol yang baru awal tahun ini diperkenalkan kepada masyarakat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com