Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita tentang Kopi Luwak Lampung

Kompas.com - 28/11/2010, 14:41 WIB

Kopi yang sudah menjadi kotoran luwak dikumpulkan, dicuci menggunakan air yang mengalir. Kemudian dikeringkan di bawah cahaya matahari selama 20 hari akan diperoleh 0,1 kg kopi kering.

Pengusaha kopi luwak lainnya M Sapri menuturkan, perbedaan proses kopi luwak dengan kopi normal terletak pada pemilihan buah kopi, pengelupasan kulit luar, serta proses fermentasi alami. Pada kopi biasa pengelupasan kulit lunak menggunakan mesin, fermentasi di ruang terbuka dengan suhu 26 selama 36 jam, tanpa adanya penambahan enzim.

Selanjutnya kedua jenis kopi ini memasuki proses pengeringan. Untuk kopi biasa terkadang pengeringan menggunakan mesin pemanas (oven). Pengelupasan kulit tanduk, sortasi dan pengemasan, sedang kopi luwak cukup di jemur dengan cahaya matahari.

Penetrasi pasar

Pemasaran kopi luwak robusta Lampung saat ini volumenya masih kecil perlu ada penetrasi pasar sehingga kopi hasil fermentasi itu bisa dikenal luas baik di dalam maupun luar negeri.

"Promosi untuk mencari konsumen terutama di luar negeri harus gencar dilakukan pengusaha maupun petani yang membudidayakan kopi luwak," kata Ketua Kompartemen Renlitbang Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) Lampung, Muchtar Lutfie belum lama ini.

Menurutnya, peningkatan kualitas serta cita rasa khas kopi luwak, juga harus dipertahankan agar konsumen berminat membeli. Kontinuitas produksi menurut Muchtar, harus stabil tidak lebih atau pun berkurang. "Kopi luwak adalah kopi spesial sehingga mutu, citarasa dan kontinuitas produksi harus terjaga," ujarnya.

Saat ini konsumen kopi luwak robusta Lampung di dalam negeri masih sedikit, karena selain sulit didapat juga harganya mahal, sementara konsumen di luar negeri pun hingga saat ini masih sedikit karena itu perlu promosi terus menerus.

Di sisi lain, lanjutnya, konsumen kopi luwak robusta Lampung menginginkan cita rasa kopi hasil fermentasi itu tidak berubah sehingga penikmatnya dapat menikmati kekhasan aroma dan rasanya. "Konsistensi cita rasa kopi luwak robusta Lampung harus dipertahankan sehingga konsumen berminat untuk membeli kopi itu secara kontinyu," kata dia pula.

Konsumen menurutnya menginginkan peningkatan kualitas serta cita rasa yang tetap atau konsisten. "Biasanya kopi luwak robusta aromanya tidak tahan lama bila dibandingkan kopi jenis arabika," kata dia.

Budidaya kopi luwak di Lampung jelas dia, banyak terdapat di Lampung Barat, dan beberapa daerah lain seperti di Tanggamus dan Lampung Selatan. Ia menjelaskan, produksi kopi tersebut saat ini masih sedikit rata-rata sekitar 750 kilogram hingga 1 ton per bulan mengingat biaya budidayanya cukup mahal.

Sementara, harga kopi luwak robusta mencapai Rp 750 ribu hingga Rp 1 juta per kg, sedang kopi luwak jenis arabika di pasaran bisa mencapai Rp3 juta per kg. "Di Jerman harga kopi luwak arabika bisa mencapai Rp 9 juta per kg," jelasnya.

Konsumen di luar negeri, lebih memilih kopi luwak arabika karena kekhasan citarasanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kenaikan Suku Bunga BI Tidak Serta Merta Menahan Laju Pertumbuhan Ekonomi

Kenaikan Suku Bunga BI Tidak Serta Merta Menahan Laju Pertumbuhan Ekonomi

Whats New
Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com