Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diponegoro, Pejuang Legendaris...

Kompas.com - 14/04/2011, 16:29 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

KOMPAS.com - Sosok Pangeran Diponegoro begitu penuh kisah kepahlawanan. Beliau dikenang di setiap buku sejarah. Tak hanya bagi orang Indonesia, orang Belanda pun menganggap Pangeran Diponegoro sebagai sosok legendaris.

Cerita-cerita kesaktian Pangeran Diponegoro menyebar luas di catatan tertulis bahkan cerita rakyat. Beliau pun dikenal sebagai tokoh spiritual yang memegang teguh ajaran agama. Perang Jawa yang dikobarkan Pangeran Diponegoro pada 1825-1830 membuat Belanda pusing tujuh keliling. Bagaimana tidak, dalam lima tahun pertempuran, Belanda telah kehilangan ribuan tentara dan menelan biaya puluhan juta gulden.

Puncak cerita adalah kelicikan Belanda yang mengajak Pangeran Diponegoro berunding. Pada saat itulah Pangeran Diponegoro ditangkap. Beliau dan keluarga beserta pengikut setianya kemudian dibuang ke Manado pada tahun 1830. Tiga tahun kemudian rombongan dipindahkan ke Makassar, Sulawesi Selatan.

Pada tanggal 8 Januari 1855 di usia ke-69, Pangeran Diponegoro meninggal dan dimakamkan di tanah Makassar. Makam Pangeran Diponegoro terletak di lokasi strategis Makassar, tepatnya di Jl. Diponegoro. Sangat mudah untuk mencapai lokasi tersebut. Sampai saat ini kondisi makam Pangeran Diponegoro terawat dengan baik. Di kompleks pemakaman tersebut, tak hanya makam Pangeran Diponegoro. Anda juga akan menemukan makam istri, anak, dan keturunan Pangeran Diponegoro.

Adalah RM Saleh Yusuf Diponegoro yang memastikan makam terawat dengan baik. Ia menjadi juru kunci kompleks pemakaman Pangeran Diponegoro. Anaknya, Hamzah R. Diponegoro yang menerima kedatangan Kompas.com saat bertandang ke Makam Pangeran Diponegoro. Jika Anda perhatikan kedua nama tersebut, tentu Anda sudah bisa menduga bahwa bapak dan anak itu merupakan keturunan Pangeran Diponegoro.

"Bapak saya cucu (generasi) ketiga Pangeran Diponegoro. Saya cucu generasi keempat," kata Hamzah. Ayah Hamzah berasal dari garis keturunan BRM Abdul Gani Diponegoro, anak ketiga Pangeran Diponegoro dari istri RA Ratna Ningsih. Hamzah menceritakan, selain Pangeran Diponegoro, istri, enam anak, cucu, hingga laskar atau pengikut Pangeran Diponegoro pun ikut dibuang ke Makassar.

"Lima anak putra dan satu anak putri. Yang tertua BRM Abdurrahman Diponegoro ditawan saat usia 30 tahun. Tapi keenam anak, semua lahir di Jawa," jelasnya. Belanda merasa perlu mengasingkan seluruh keluarga, karena istri dan anak-anak Pangeran Diponegoro pun terjun ke medan tempur.

"Istri beliau memimpin pasukan laskar wanita. Beliau jago memanah," cerita Hamzah.

Makam RA Ratna Ningsih terletak di sebelah makam suaminya. Kedua makam tersebut tampak menonjol dibanding makam lainnya. Makam setinggi hampir dua meter dan nisan bernuansa Jawa. Di depan kedua makam tersebut, terdapat makam keenam anak. Selain dua nama anak Pangeran Diponegoro yang telah disebut sebelumnya, makam lainnya adalah BRM Abdul Radjab Diponegoro, BRM Abdul Gafur Diponegoro, dan Raden Ayu Putri Muna Adimah.

Hamzah menuturkan tugas merawat makam diamanatkan secara turun temurun. Saat Pangeran Diponegoro wafat, istrinya yang merawat makam secara langsung selama 10 tahun.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com