Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penghentian Ekspor Sapi Potong ke Indonesia

Kompas.com - 18/06/2011, 02:30 WIB

Dengan metode seperti ini, ternak potong langsung mati dalam bilangan 30 detik sesuai dengan petunjuk internasional dalam tata cara pemotongan hewan. Di Indonesia, semua ternak ini dipotong dengan leher digorok menggunakan pisau.

Dalam kunjungan mereka ke berbagai rumah pemotongan hewan di Jakarta, Bandar Lampung, Medan, dan Binjai, ABC menemukan, misalnya, sapi yang digorok tersebut tidak langsung mati, tetapi masih menggelepar selama beberapa menit dengan lehernya setengah terpotong.

Tidak mengherankan bila reaksi penonton televisi atas gambar-gambar tersebut sangat negatif. Dalam salah satu bagian dipertunjukkan pisau yang digunakan untuk memotong leher sapi tidak memadai karena terlalu kecil.

Seorang pejabat dari industri peternakan Indonesia, yang dikutip oleh harian The Age, mengakui adanya pelatihan yang tidak memadai. Dia juga mengatakan bahwa sapi-sapi asal Australia relatif lebih besar dibandingkan sapi lokal.

”Sehingga tidak mudah mengikat kaki mereka dan juga merebahkan sapi tersebut sebelum dipotong. Juga tradisi memotong hewan dengan menggorok leher mereka sudah berlangsung berabad-abad sehingga tidak mudah mengubahnya,” kata Thomas Sembiring kepada The Age.

Ditambahkan oleh The Age, Majelis Ulama Indonesia sebenarnya sudah mengatakan bahwa penggunaan pistol listrik adalah halal, tetapi masih banyak rumah pemotongan hewan yang enggan menggunakannya, entah karena alasan biaya atau susahnya mengimpor senjata seperti itu ke Indonesia, karena dianggap sebagai senjata yang berbahaya.

Selain pemotongan yang tidak ”manusiawi”, ABC juga menayangkan gambar-gambar perlakuan yang tidak seharusnya terhadap ternak yang akan dipotong. Dalam satu gambar diperlihatkan seorang tukang jagal memukul kepala sapi dengan tali berkali-kali tanpa alasan jelas mengapa hal tersebut perlu dilakukan. Juga ada gambar di mana sapi yang sudah terbaring kesakitan diguyur dengan air. Menurut seorang petugas, ”Ini agar daging sapinya lebih lunak nantinya”. Padahal, praktik pengguyuran dengan air sama sekali tidak dianjurkan.

Dengan penduduk di negara-negara maju seperti Australia yang tidak lagi bersentuhan dengan binatang dalam kehidupan mereka sehari-hari, tidaklah mengherankan gambar-gambar seperti itu mendatangkan perasaan terkejut.

Apalagi dalam hukum di Australia, tindak kekejaman terhadap binatang bisa membuat pelakunya dipenjara. Kecaman tidak saja ditujukan kepada Indonesia, tetapi juga kepada pemerintah dan industri peternakan yang dianggap sengaja menutup mata karena besarnya nilai ekonomi industri ini.

”Betapa kejamnya. Di zaman seperti ini ternak kita diperlakukan secara barbar hanya karena kepentingan dollar semata,” demikian salah satu komentar lewat e-mail yang diterima oleh Four Corners.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Whats New
Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Whats New
Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Whats New
IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

Whats New
Mengintip 'Virtual Assistant,' Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Mengintip "Virtual Assistant," Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Work Smart
Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Whats New
Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Whats New
Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Whats New
Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Whats New
Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Work Smart
Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan 'Smart City' di Indonesia

Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan "Smart City" di Indonesia

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Saat Sri Mulyani Panjat Truk Kontainer yang Bawa Barang Impor di Pelabuhan Tanjung Priok...

Saat Sri Mulyani Panjat Truk Kontainer yang Bawa Barang Impor di Pelabuhan Tanjung Priok...

Whats New
Cara Langganan Biznet Home, Biaya, dan Area Cakupannya

Cara Langganan Biznet Home, Biaya, dan Area Cakupannya

Spend Smart
9,9 Juta Gen Z Tak Bekerja dan Tak Sedang Sekolah, Menko Airlangga: Kita Cari Solusi...

9,9 Juta Gen Z Tak Bekerja dan Tak Sedang Sekolah, Menko Airlangga: Kita Cari Solusi...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com