Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Pilot Mogok?

Kompas.com - 27/07/2011, 03:13 WIB

Pesatnya pertumbuhan penumpang dan layanan pengiriman barang menggunakan jasa angkutan udara sudah menunjukkan kebutuhan tersebut. Namun, seiring meningkatnya tuntutan jasa angkutan udara, yang terjadi justru adalah penurunan produksi dari lulusan pendidikan pilot di Tanah Air.

Khusus bagi Garuda, sebagai perusahaan penerbangan paling berpengalaman di republik ini, tentunya Garuda sudah dapat mencium gejala dari meningkatnya kebutuhan pilot. Lebih-lebih maskapai ini sudah mempunyai rencana yang matang bagi pengembangan perusahaan, termasuk upaya menambah armada pesawatnya.

Garuda pernah mengumumkan pertambahan pesawat yang akan secara bertahap mencapai jumlah 116 pesawat pada tahun 2015 dan akan menjadi 154 pesawat pada tahun 2016. Menjadi sangat sulit dimengerti jika kemudian maskapai kebanggaan sekelas Garuda bisa menghadapi krisis kekurangan pilot. Garuda memiliki sumber daya manusia yang sangat piawai dalam menghitung kebutuhan pilot versus jumlah pesawat yang akan dioperasikan.

Kebutuhan pilot bagi maskapai sekelas Garuda tidak lazim berpola seperti maskapai-maskapai karbitan yang kini tengah menjamur di Tanah Air. Dengan standar keamanan terbang kelas dunia, tentunya pembinaan pilot di Garuda haruslah berpola yang mengacu kepada standar pembinaan yang berjenjang dan terjaga kualitas dan kompetensinya.

Para pilot senior Garuda adalah dan harusnya berasal dari hasil pembinaan yang bertahun-tahun, mulai dari pilot yunior sampai dengan kualifikasi kapten dan instruktur. Mereka bukanlah para pilot yang diperoleh dari hasil bajakan kiri-kanan seperti yang banyak terjadi di maskapai penerbangan lain. Penerbang lulusan sekolah penerbang akan membutuhkan waktu lebih kurang dua tahun baru bisa menduduki posisi sebagai pilot operasional di maskapai penerbangan sekelas Garuda.

Lemah perencanaan

Hal ini menggambarkan dengan jelas, betapa dibutuhkan perencanaan yang sangat matang dan detail dari pihak manajemen dalam konteks penambahan pesawat baru. Belum lagi perekrutan, berupa ground school, flight training, dan simulator bagi para pilot senior sekalipun untuk menyesuaikan dengan pesawat pengadaan baru, berkaitan dengan kemajuan teknologi penerbangan. Hal ini tidak akan cukup memakan waktu 2-3 bulan.

Di sinilah mungkin terletak kekeliruan pihak manajemen dalam pengembangan perusahaan. Bayangkan, pencapaian yang demikian spektakuler seperti meraih tingkat Maskapai Bintang Empat, pemecahan rekor Muri, dan perolehan laba yang triliunan rupiah tersebut kini dinodai hanya dengan masalah kekurangan pilot. Kekurangan pilot yang hanya disebabkan oleh kelengahan dalam penyusunan perencanaan mendasar dari pengembangan perusahaan.

Fenomena kekurangan pilot memang terjadi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Namun, apabila sudah diantisipasi dan dibahas secara detail, perusahaan akan memperoleh satu paket solusi yang tepat dan dapat didiskusikan serta dikomunikasikan dengan seluruh jajaran perusahaan, termasuk dan bahkan terutama para pilot.

Apalagi yang menyangkut penambahan jumlah armada pesawat. Menjadi agak janggal jika maskapai penerbangan sekelas Garuda menghadapi masalah kekurangan pilot pada saat menambah jumlah pesawatnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Cetak Rekening Koran BCA, BRI, BNI, dan Bank Mandiri via Online

Cara Cetak Rekening Koran BCA, BRI, BNI, dan Bank Mandiri via Online

Spend Smart
Daftar UMK Kota Surabaya 2024 dan 37 Daerah Lain di Jawa Timur

Daftar UMK Kota Surabaya 2024 dan 37 Daerah Lain di Jawa Timur

Whats New
Menhub Pastikan Bandara Juanda Surabaya Siap Layani Penerbangan Haji 2024

Menhub Pastikan Bandara Juanda Surabaya Siap Layani Penerbangan Haji 2024

Whats New
Kian Menguat, Harga Bitcoin Kembali Tembus 67.000 Dollar AS per Keping

Kian Menguat, Harga Bitcoin Kembali Tembus 67.000 Dollar AS per Keping

Whats New
Sri Mulyani: Barang Non Komersial Tak Akan Diatur Lagi dalam Permendag

Sri Mulyani: Barang Non Komersial Tak Akan Diatur Lagi dalam Permendag

Whats New
Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Earn Smart
Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Whats New
Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Whats New
Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Whats New
Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Whats New
IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

Whats New
Mengintip 'Virtual Assistant,' Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Mengintip "Virtual Assistant," Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Work Smart
Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Whats New
Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Whats New
Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com