Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik UGM A Tony Prasetiantono mengatakan, secara absolut, jumlah penurunan cadangan devisa itu membuat gentar. Namun, jika ditilik merunut waktu dan dibandingkan dengan negara-negara lain, angka tersebut masih bisa ditoleransi.
Alasannya, kenaikan jumlah cadangan devisa Indonesia selama dua tahun terakhir sangat tinggi. Dengan demikian, koreksi yang besar juga cukup wajar.
”Pelaku ekonomi jangan panik. Baca isu ini dengan lebih jernih dan tenang. Devisa itu pasti akan kembali ke sini meski kecepatannya lebih rendah dibandingkan saat masuk dulu,” ujar Tony.
Pada saat krisis tahun 2008-2009, cadangan devisa Indonesia sekitar 60 miliar dollar AS. Adapun pada krisis tahun 1998-1999, cadangan devisa sekitar 20 miliar dollar AS.