Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muliamin, Ekspor Retsleting sampai ke Negeri Seberang

Kompas.com - 08/12/2011, 09:34 WIB

KOMPAS.com — Lahir dari keluarga pedagang tidak membuat Muliamin puas. Dia berpikir, pengusaha bukan hanya berdagang, tetapi harus menciptakan barang. Pikiran tersebut membawa dia menjadi produsen sekaligus eksportir retsleting terkemuka di Indonesia.

Menggebrak pola pikir dari bisnis dagang menjadi produsen ternyata cukup sulit bagi Muliamin. Maklum, lahir dari keluarga pedagang yang mempunyai kios cukup mapan membuat orangtuanya sangsi dengan bisnis baru anaknya.

Akan tetapi, kesangsian itu sudah terjawab. Saat ini, dengan membawa merek AmcoZip, retsleting buatan Muliamin mampu menapaki pasar luar negeri. Produk itu sudah diekspor ke sejumlah  negara, seperti Turki, Banglades, Mesir, Argentina, Peru, India, dan Pakistan. PT Fajarindo Faliman Zipper yang membawahi bisnis ini, kini memiliki kapasitas produksi sampai 70 ton per bulan.

Omzet Fajarindo juga terus bertumbuh 20 persen-30 persen tiap tahun. Pendapatan dari hasil ekspor di tahun 2008 sudah mencapai 2,45 juta dollar AS. Padahal, kontribusi ekspor hanya 40 persen dari total omzet Fajarindo. ”Paling besar penjualan memang masih berasal dari dalam negeri,” cerita Muliamin. Di dalam negeri, Fajarindo melabeli produknya dengan nama IndoZip.

Saat ini, Fajarindo memiliki sekitar 800 karyawan. Jumlah tersebut mulai menipis lantaran semua produksi sudah banyak menggunakan mesin. ”Sebelumnya, karyawan bisa mencapai 1.500-an orang,” kenang Muliamin. Kebutuhan karyawan yang begitu tinggi lebih disebabkan Fajarindo telah menghasilkan retsleting mulai dari hulu sampai hilir.

Pria kelahiran tahun 1946 ini mengaku, sebelum memulai bisnis ini hidupnya tidak mulus. Orangtua Muliamin yang berprofesi sebagai pedagang melarang untuk merintis bisnis baru. ”Orangtua saya bilang, ngapain kamu susah-susah harus memproduksi segala?” ujar dia.

Namun, menurut Muliamin, berdagang adalah bisnis tidak ada nilai seninya. Bahkan, pria ini enggan jika harus membantu orangtuanya menjaga warung. "Saya justru bekerja di perusahaan elektronik yang memproduksi radio,” ujar dia. Pria asal Medan ini mengaku memang menyukai pekerjaan merakit atau memproduksi barang.

Akan tetapi, tidak dipungkiri, inspirasi memproduksi retsleting ini memang dari dagangan orangtuanya saat di Medan. ”Orangtua saya jualan kebutuhan jahit menjahit, seperti benang, retsleting, kancing, dan lain sebagainya,” tutur Muliamin.

Meski tidak mendapat restu dari orangtua, Muliamin yang saat itu sudah menikah, pada tahun 1979 mulai merantau ke Jakarta untuk memulai bisnis merakit retsleting. Dia lantas menyewa rumah toko (ruko) di daerah Pinangsia, Jakarta Barat. Saat itu, ia memulai dari merakit retsleting dari bahan setengah jadi (long chain).

Muliamin cukup diuntungkan dengan kondisi pasar. ”Saat itu, permintaan (demand) jauh lebih besar daripada pasokan,” aku dia. Tak ayal, produk retsleting hasil rakitannya banyak diminati orang. Padahal, modal awal untuk membuka bisnis ini tidak besar, bahkan bisa dibilang nol. Soalnya, ia mengambil long chain dari Taiwan. Ada kawannya semasa kuliah yang bekerja di sana dan bersedia memasok barang untuk kemudian diolah kembali menjadi retsleting jadi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Penopang

Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Penopang

Whats New
Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Whats New
Perluasan Sektor Kredit, 'Jamu Manis' Terbaru dari BI untuk Perbankan

Perluasan Sektor Kredit, "Jamu Manis" Terbaru dari BI untuk Perbankan

Whats New
Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Whats New
Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Whats New
Soal Boks Mainan Megatron 'Influencer' Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Soal Boks Mainan Megatron "Influencer" Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Whats New
Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Whats New
Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Whats New
TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

Whats New
Kenaikan BI Rate Tak Beri Dampak Langsung ke Industri Fintech Lending

Kenaikan BI Rate Tak Beri Dampak Langsung ke Industri Fintech Lending

Whats New
Menteri Trenggono Ungkap Ada 5 Perusaahan Vietnam yang Tertarik Investasi Benur

Menteri Trenggono Ungkap Ada 5 Perusaahan Vietnam yang Tertarik Investasi Benur

Whats New
Stagwell Tambahkan Leverate Group ke Program Global Affiliate

Stagwell Tambahkan Leverate Group ke Program Global Affiliate

Whats New
Tertahan Sejak 2022, Bea Cukai Akhirnya Serahkan Alat Belajar SLB ke Pihak Sekolah

Tertahan Sejak 2022, Bea Cukai Akhirnya Serahkan Alat Belajar SLB ke Pihak Sekolah

Whats New
BI Beberkan Perbedaan Kondisi Ekonomi Saat Ini dengan Krisis 1998

BI Beberkan Perbedaan Kondisi Ekonomi Saat Ini dengan Krisis 1998

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com