Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mobil Esemka: Heroisme Ekonomi?

Kompas.com - 18/01/2012, 02:45 WIB

Selama ini denyut ekonomi dikelola negara dan usaha swasta sehingga abai dalam proses pelibatan rakyat. Dasar ekonomi dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat telah lama tergerus karena negara berkolaborasi dengan korporasi global yang memiliki ”centeng” di dalam negeri.

Liberalisasi ekonomi yang digerakkan negara kian membuka peluang lahirnya kerakusan korporasi global ataupun domestik. Korporatokrasi ekonomi semakin menancapkan kukunya (Perkins, 2007). Korporatokrasi sesungguhnya adalah wujud penyelenggaraan negara oleh orang-orang kaya.

Nyaris semua lini gerak ekonomi tidak luput dimangsa pengusaha kakap. Hanya ampas-ampas kegiatan ekonomi yang diberikan kepada rakyat. Rakyat dihisap kekuatan ekonomi raksasa dengan dukungan negara demi surplus produsen (Sritua Arief, 2003). Tidak mengherankan jika muncul kekecewaan rakyat, apalagi setelah lahan hidup mereka dirampas pengusaha kakap. Meletusnya kasus Mesuji (Lampung dan Sumatera Selatan) serta Sape, Bima (Nusa Tenggara Barat), adalah puncak gunung es yang bisa menular ke tempat lain.

Produk lokal yang selama ini diproduksi oleh industri rakyat juga dilibas oleh arus liberalisasi. Laju importasi produk yang sejatinya bisa diproduksi oleh industri rakyat semakin tergilas. Maka, ketahanan ekonomi rakyat pun semakin rentan dan tidak berdaya.

Secercah heroisme

Di tengah kemuakan rakyat terhadap penguasaan aset-aset ekonomi oleh segelintir pengusaha kakap, produk mobil Esemka menjadi penghibur hati. Mobil lokal ini diproduksi oleh para remaja kreatif. Anehnya, pejabat yang selama ini memberi ruang liberalisasi ekonomi ternyata ikut antusias. Itu tandanya pejabat yang sesungguhnya bisa mengambil keputusan untuk meminimalkan banjirnya barang-barang impor dan membangun prakarsa kekuatan ekonomi/industri rakyat selama ini sebenarnya tidak mampu atau tidak mau berbuat apa pun. Pejabat itu telah dikendalikan oleh kekuatan korporatokrasi.

Maka, di tengah euforia mobil Esemka, menjadi ”tamparan” bagi pemerintah bahwa kekuatan laten ekonomi rakyat masih dahsyat. Tampaknya, mereka kurang bergerak dan melaju cepat karena kurang disapa oleh berbagai jenis perlindungan negara. Kebijakan insentif, kebijakan pajak rendah, biaya transportasi murah, dan tingkat suku bunga pinjaman rendah kurang mereka dapatkan. Mereka didorong bertarung tanpa bekal berarti.

Selain itu, kreativitas anak-anak muda ternyata selama ini terpendam. Mereka kurang diberi ruang berkreasi dan berimprovisasi. Ini menandakan pemerintah dan lembaga pendidikan harus introspeksi diri bahwa pendidikan butuh ruang untuk menggali potensi anak didik.

Oleh karena itu, antusiasme publik terhadap produk mobil Esemka seharusnya tidak hanya menjadi euforia, tetapi juga memunculkan rasa heroisme ekonomi. Semoga.

Mukhaer Pakkanna Peneliti Ekonomi-Politik Center for Information and Development Studies (Cides); Rektor STIE Ahmad Dahlan, Jakarta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fitch Ratings Proyeksi Defisit Anggaran Pemerintahan Prabowo-Gibran Melebar Dekati 3 Persen

Fitch Ratings Proyeksi Defisit Anggaran Pemerintahan Prabowo-Gibran Melebar Dekati 3 Persen

Whats New
RI Raup Rp 14,8 Triliun dari Ekspor Tuna, Pemerintah Harus Jaga Populasinya

RI Raup Rp 14,8 Triliun dari Ekspor Tuna, Pemerintah Harus Jaga Populasinya

Whats New
OJK Sebut Porsi Pembiayaan Kendaraan Listrik Baru 0,01 Persen

OJK Sebut Porsi Pembiayaan Kendaraan Listrik Baru 0,01 Persen

Whats New
Rencana Merger XL Axiata dan Smartfren Masuk Tahap Evaluasi Awal

Rencana Merger XL Axiata dan Smartfren Masuk Tahap Evaluasi Awal

Whats New
[POPULER MONEY] 2.650 Pekerja Pabrik di Jabar Kena PHK dalam 3 Bulan Terakhir | Percikan Api Bikin Penerbangan Haji Kloter 5 Makassar Balik ke Bandara

[POPULER MONEY] 2.650 Pekerja Pabrik di Jabar Kena PHK dalam 3 Bulan Terakhir | Percikan Api Bikin Penerbangan Haji Kloter 5 Makassar Balik ke Bandara

Whats New
Mesin Pesawat Garuda Terbakar Usai 'Take Off', Kemenhub Lakukan Inspeksi Khusus

Mesin Pesawat Garuda Terbakar Usai "Take Off", Kemenhub Lakukan Inspeksi Khusus

Whats New
Apa Itu Saham Syariah? Simak Pengertian dan Karakteristiknya

Apa Itu Saham Syariah? Simak Pengertian dan Karakteristiknya

Earn Smart
Simak 3 Tips Melunasi Pinjaman Online secara Efektif

Simak 3 Tips Melunasi Pinjaman Online secara Efektif

Whats New
Cara Migrasi PLN Pascabayar ke Prabayar lewat Aplikasi

Cara Migrasi PLN Pascabayar ke Prabayar lewat Aplikasi

Whats New
PLN Akan Tambah 111 SPKLU di Berbagai Lokasi 'Rest Area' Tol

PLN Akan Tambah 111 SPKLU di Berbagai Lokasi "Rest Area" Tol

Whats New
3 Cara Cek Tabungan BRI Simpel Simpanan Pelajar

3 Cara Cek Tabungan BRI Simpel Simpanan Pelajar

Earn Smart
Gandeng Swiss Re, Jasindo Bakal Kembangkan Layanan Mitigasi Risiko

Gandeng Swiss Re, Jasindo Bakal Kembangkan Layanan Mitigasi Risiko

Whats New
Tarik Tunai BCA di ATM BRI Kena Biaya Berapa?

Tarik Tunai BCA di ATM BRI Kena Biaya Berapa?

Whats New
Integrasi dan Agregasi, Kunci Optimalisasi Pemanfaatan Gas Bumi di Masa Transisi

Integrasi dan Agregasi, Kunci Optimalisasi Pemanfaatan Gas Bumi di Masa Transisi

Whats New
Bansos Beras Lanjut Setelah Juni? Airlangga: Belum Pernah Dibahas

Bansos Beras Lanjut Setelah Juni? Airlangga: Belum Pernah Dibahas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com