Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dulu Sopir di Arab, Kini Juragan Jaringan Swalayan

Kompas.com - 18/01/2012, 07:38 WIB

Beruntung ada seseorang yang menawarinya pekerjaan sebagai pegawai di toko perabot milik orang Sudan. Trisno digaji 1.350 real. Ia suka bekerja di tempat itu karena majikannya sangat baik. Jam kerjanya pasti antara pukul 07.00 hingga lepas maghrib. "Di toko perabot ini saya belajar menghafal dan menata barang, selain pengelolaan toko,” tuturnya.

Selepas maghrib, Trisno bekerja sebagai pemasok produk pangan asal Indonesia untuk toko sembako milik orang Thailand. "Awalnya, saya iseng saja ngobrol dengan orang Thailand soal bisnisnya. Saya pun memberanikan diri menjadi pemasok barang dari Indonesia,” ujarnya. Yang dia pasok berupa cabai, petai, jahe, dan beberapa bumbu lain.

Berkembang berkat persaingan

Sampai tahun 1999, Trisno masih bekerja dobel. Hasilnya, dia bisa mengantongi tabungan sebesar Rp 20 juta kala itu. "Tahun 1998, kurs dollar sedang tinggi,” ceritanya. Alhasil, tahun 1999, istrinya minta pulang ke Indonesia karena sudah saatnya anak pertamanya sekolah.

Sebagian uang hasil tabungannya dipakai untuk membeli sebidang tanah di kampung halaman, Kademangan, Blitar. "Kebetulan, saya mendapat tempat di dekat pasar. Saya memutuskan membuka toko sembako dengan nama Sari-Sari Swalayan,” katanya.

Kala itu, per hari, gerainya bisa menghasilkan omzet Rp 2 juta. Swalayan Trisno juga menjadi idola di Kademangan.

Trisno semakin mengembangkan bisnisnya lantaran kondisi terdesak. Setelah dua tahun usahanya berjalan, ada jaringan swalayan yang lebih besar dan sudah memiliki banyak cabang berencana membuka cabang baru di Kademangan. "Saya terpacu untuk memperbesar gerai. Untung saja, pemilik rumah yang berimpit dengan swalayan saya menawari untuk membeli rumahnya,” kenangnya.

Alhasil, sebelum swalayan pesaing itu membuka gerai di Kademangan, Sari-Sari Swalayan sudah lebih dulu memperbesar bisnisnya sehingga bisa menyaingi swalayan yang akan buka. Bukan hanya memperluas lokasi, ia juga membuka cabang di tempat lain.

Trisno bersyukur dengan datangnya pesaing di bisnis swalayan. ”Kalau tidak ada pesaing, mungkin saya tidak terpikir membuat cabang,” katanya. Terbukti, saat jaringan minimarket dengan sistem waralaba mulai masuk, bisnisnya ikut terdongkrak.

Trisno punya strategi, harga barang di minimarket waralaba sudah diatur oleh pusat. "Karena saya sudah tahu harga pasokannya dan bisa mengatur harga jual, saya leluasa memainkan harga. Dari situ, konsumen akan memilih yang lebih murah,” katanya.

Trisno bilang, saat ini, dia akan memaksimalkan ketujuh gerainya. Meski begitu, dia juga berencana untuk menjajal bidang usaha yang lain. "Mulai tahun ini, saya ingin berbisnis fesyen,” ujarnya. (Fransiska Firlan/Kontan)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com