Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bos Koperasi Langit Biru Belum Bisa Dijadikan Tersangka

Kompas.com - 07/06/2012, 06:15 WIB
Galih Prasetyo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Jaya Komara, bos Koperasi Langit Biru (KLB) belum bisa dipastikan menjadi tersangka. Bos KLB yang tidak diketahui keberadaannya itu, diduga menggelapkan dana investasi nasabahnya mencapai triliunan rupiah.

Seperti yang diketahui, penetapan tersangka perlu dilakukan gelar perkara. "Kami harus melalui fase gelar perkara sesuai dengan ketentuan untuk menentukan status seseorang menjadi tersangka. Kami tidak mau gegabah mendahului gelar perkara supaya perjalanan penyidikan ini tetap pada rule-nya," kata Kasat Reskrim Polres Tangerang Kabupaten, Komisaris Polisi Shinto Silitonga, Rabu (6/6/2012), di Mapolda Metro Jaya.

Shinto Silitonga mengatakan, pihaknya akan menempatkan perkara sesuai dengan ketentuan. Tentunya akan mempertimbangkan teori, fakta, dan undang-undangnya seperti apa.

Kemudian akan didengarkan juga bagaimana penilaian dari Dinas Koperasi Provinsi Banten yang bertugas membina koperasi-koperasi di wilayah Tangerang.

Sesuai dengan dokumen yang diterima Penyidik Satuan Reskrim Polresta Tangerang, setidaknya pada September 2011 ternyata KLB belum melengkapi persyaratan izin investasi dari lembaga terkait seperti Bappepam-LK.

Dalam melakukan bidang usaha investasi diharuskan mapan minimal dalam kurun waktu dua tahun, yang setidaknya didasarkan atas Keputusan Menteri Koperasi tahun 1998. Hal ini jelas menabrak aturan hukum.

"Beberapa perbuatan melawan hukum sudah kami lihat. Yang sudah kelihatan nyata adalah investasi yang ditawarkan KLB," ujarnya Shinto.

Untuk menetapkan Jaya Komara sebagai tersangka, jelas Shinto, pihaknya harus memperhatikan kesiapan dari komponen terkait sekaligus tetap terus menghimpun barang bukti lainnya yang mendukung penyidik.

Dalam perkembangannya penyidik kepolisian sudah mempertimbangkan Jaya Komara sebagai bos KLB akan dijerat UU money laundry. Itu didasarkan dari dugaan keuntungan yang diperoleh KLB yang diperoleh dari nasabahnya berupa fresh money.

Penyidik juga akan memeriksa apakah uang itu disalahgunakan oleh pengurus KLB, termasuk Jaya Komara.

"Tugas kami adalah untuk membuktikan apakah penerimaan dari investasi itu telah disalahgunakan atau tidak oleh pengurus-pengurus KLB," ujar Shinto.

Sebagaimana diberitakan, KLB menyediakan paket-paket investasi tertentu yang semuanya diatur pimpinan dan pengurus KLB. Ada paket Rp.10 juta dengan imbalan tiap bulannya mendapatkan Rp 1.700.000. dengan skema diberikan uang tunai senilai Rp.1.350.000 dan total Rp.350.000 akan diberikan dalam bentuk daging, minyak goreng dan produk-produk lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas Terbaru 16 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 16 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Kamis 16 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Kamis 16 Mei 2024

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Kamis 16 Mei 2024, Harga Ikan Bandeng Turun

Harga Bahan Pokok Kamis 16 Mei 2024, Harga Ikan Bandeng Turun

Whats New
Emiten Migas Elnusa Bakal Tebar Dividen Rp 201 Miliar

Emiten Migas Elnusa Bakal Tebar Dividen Rp 201 Miliar

Whats New
Kewajiban Sertifikat Halal bagi UMKM Ditunda hingga 2026

Kewajiban Sertifikat Halal bagi UMKM Ditunda hingga 2026

Whats New
BW Digital dan Anak Usaha Telkom Bangun Sistem Komunikasi Kabel Laut Hubungkan Australia, RI, Singapura

BW Digital dan Anak Usaha Telkom Bangun Sistem Komunikasi Kabel Laut Hubungkan Australia, RI, Singapura

Whats New
Garuda Indonesia Hentikan Sementara Operasional Pesawat yang Alami Insiden Mesin Terbakar

Garuda Indonesia Hentikan Sementara Operasional Pesawat yang Alami Insiden Mesin Terbakar

Whats New
IHSG Diperkirakan Akan Melemah, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Diperkirakan Akan Melemah, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Ditopang Data Inflasi AS, Wall Street Berakhir di Zona Hijau

Ditopang Data Inflasi AS, Wall Street Berakhir di Zona Hijau

Whats New
Masih Terkendali, Inflasi AS Bulan April Turun Jadi 3,4 Persen

Masih Terkendali, Inflasi AS Bulan April Turun Jadi 3,4 Persen

Whats New
Fitch Ratings Proyeksi Defisit Anggaran Pemerintahan Prabowo-Gibran Melebar Dekati 3 Persen

Fitch Ratings Proyeksi Defisit Anggaran Pemerintahan Prabowo-Gibran Melebar Dekati 3 Persen

Whats New
RI Raup Rp 14,8 Triliun dari Ekspor Tuna, Pemerintah Harus Jaga Populasinya

RI Raup Rp 14,8 Triliun dari Ekspor Tuna, Pemerintah Harus Jaga Populasinya

Whats New
OJK Sebut Porsi Pembiayaan Kendaraan Listrik Baru 0,01 Persen

OJK Sebut Porsi Pembiayaan Kendaraan Listrik Baru 0,01 Persen

Whats New
Rencana Merger XL Axiata dan Smartfren Masuk Tahap Evaluasi Awal

Rencana Merger XL Axiata dan Smartfren Masuk Tahap Evaluasi Awal

Whats New
[POPULER MONEY] 2.650 Pekerja Pabrik di Jabar Kena PHK dalam 3 Bulan Terakhir | Percikan Api Bikin Penerbangan Haji Kloter 5 Makassar Balik ke Bandara

[POPULER MONEY] 2.650 Pekerja Pabrik di Jabar Kena PHK dalam 3 Bulan Terakhir | Percikan Api Bikin Penerbangan Haji Kloter 5 Makassar Balik ke Bandara

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com