”Kalau menanam kedelai, bisa saja rugi, karena harga fluktuatif. Kalau sewa lahan tak ada ruginya. Hasilnya lumayan Rp 72 juta selama 12 tahun per hektar,” kata Supangat. Beralihnya kedelai ke tanaman jeruk sudah mulai marak lima tahun terakhir.
Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Supriharti, di Kota Salatiga, Jawa Tengah, menjelaskan, budidaya kedelai di Indonesia sangat memungkinkan dengan proses adaptasi yang terbukti telah menghasilkan berbagai varietas lokal.
Kendala utama adalah pada keterbatasan lahan karena kedelai masih belum menjadi komoditas utama di Indonesia sehingga harus bersaing dengan komoditas pangan lain.
”Dengan proses adaptasi, buktinya kita sudah melahirkan banyak varietas kedelai lokal yang dapat disesuaikan dengan kondisi tanah, misalnya, kedelai yang bisa tumbuh di rawa hingga kedelai yang tahan dengan kondisi lahan kering masam. Masalahnya hanya lahan yang ada sangat terbatas,” ujar Supriharti.
Lahan pertanian sudah habis ditanami padi dan hortikultura terutama sayuran. Akhirnya komoditas kedelai kalah bersaing dengan padi di dataran rendah, dan dengan komoditas sayuran di dataran tinggi. Oleh karena itu, jika pemerintah serius menuju swasembada kedelai, pola pikir harus diubah.(MAS/SIR/BAY/NIT/UTI)