Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TAJUK RENCANA

Kompas.com - 08/09/2012, 03:08 WIB

Daya Saing Indonesia

Forum Ekonomi Dunia, Rabu lalu, melaporkan Indeks Daya Saing Global 2012-2013. Indonesia berada pada peringkat ke-50 dari 144 negara.

Indonesia masih termasuk negara berkinerja ekonomi baik di antara negara-negara di Asia. Namun, laporan mengingatkan turunnya posisi Indonesia dari peringkat ke-46 tahun lalu.

Indeks Daya Saing Global (GCI) memiliki tiga subindeks: persyaratan dasar, pendorong efisiensi, serta faktor-faktor inovasi dan kecanggihan. Pengukuran menggunakan 12 pilar, antara lain kelembagaan, infrastruktur, ekonomi makro, kesehatan dan pendidikan dasar, pendidikan tinggi dan pelatihan, efisiensi pasar barang, efisiensi pasar tenaga kerja, perkembangan pasar keuangan, kesiapan teknologi, ukuran pasar, dan kecanggihan bisnis.

Daya saing suatu negara dalam persaingan global menunjukkan produktivitasnya. Seperti disebut dalam laporan, ekonomi yang berdaya saing mendorong pemajuan produktivitas sehingga mendukung pendapatan tinggi dengan memastikan tersedianya mekanisme-mekanisme pendorong kinerja ekonomi yang solid.

Indonesia memiliki sejumlah kekuatan dan kekurangan dari negara lain. Brasil, misalnya, secara umum berada pada peringkat ke-48, tetapi Indonesia memiliki peringkat persyaratan dasar lebih baik. Dibandingkan dengan Thailand yang berada pada posisi ke-38, kapasitas inovasi dan kecanggihan bisnis Indonesia jauh lebih baik.

Kekuatan Indonesia adalah pada kondisi makroekonomi dengan defisit anggaran kurang 2 persen dari produk domestik bruto (PDB), rasio utang pemerintah terhadap PDB kurang dari 25 persen, dan angka inflasi yang rata-rata sekitar 5 persen. Indonesia juga dianggap berhasil menyelenggarakan pendidikan dasar.

Di sisi lain, praktik korupsi dan sogok yang meluas menurunkan daya saing kelembagaan. Begitu juga infrastruktur yang belum berkembang, lamanya hari yang diperlukan untuk memulai bisnis baru, dan perilaku tidak etis pada sektor swasta. Yang juga harus menjadi perhatian adalah faktor kesehatan, terutama malaria dan tuberkulosis, serta timpangnya jumlah pekerja perempuan dari laki-laki.

Laporan ini keluar saat masa depan ekonomi dunia tidak pasti. Dana Moneter Internasional memperkirakan ekonomi zona euro tahun ini terkontraksi 0,3 persen. Pemulihan ekonomi Amerika Serikat tidak menunjukkan penguatan, sementara negara dengan ekonomi sedang tumbuh, yaitu Brasil, Rusia, India, Afrika Selatan, dan China, pertumbuhannya melambat.

Keadaan makroekonomi Indonesia memang baik, ditandai oleh tingkat pertumbuhan 6,8 persen. Ekonomi Indonesia juga telah berada pada tahap kedua, yaitu mengandalkan efisiensi, yang artinya ekonomi kita semakin kompleks. Karena itu, laporan GCI seyogianya dilihat sebagai pengingat pentingnya bekerja keras memperbaiki berbagai kekurangan seraya meningkatkan daya saing demi pertumbuhan berkelanjutan dan berkualitas.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Hanya Mineral dan Kendaraan Listrik, Investasi Korea di Indonesia Besar di Sektor Ini

Tak Hanya Mineral dan Kendaraan Listrik, Investasi Korea di Indonesia Besar di Sektor Ini

Whats New
Marak PHK di Awal 2024, Apindo: Biaya Usaha Naik, Industri Terdesak Lakukan Pengurangan Karyawan

Marak PHK di Awal 2024, Apindo: Biaya Usaha Naik, Industri Terdesak Lakukan Pengurangan Karyawan

Whats New
Harga Emas Terbaru 15 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 15 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Kemenhub Bakal Susun Regulasi Jual Beli Bus dan Umumkan PO Berizin secara Berkala

Kemenhub Bakal Susun Regulasi Jual Beli Bus dan Umumkan PO Berizin secara Berkala

Whats New
Lowongan Kerja PPM Manajemen untuk Lulusan S1, Cek Syarat dan Posisinya

Lowongan Kerja PPM Manajemen untuk Lulusan S1, Cek Syarat dan Posisinya

Work Smart
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru pada Rabu 15 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru pada Rabu 15 Mei 2024

Spend Smart
IHSG dan Rupiah Melaju di Awal Sesi

IHSG dan Rupiah Melaju di Awal Sesi

Whats New
Pemerintah Atur Harga Tebu, Petani Diharapkan Bisa Lebih Untung

Pemerintah Atur Harga Tebu, Petani Diharapkan Bisa Lebih Untung

Whats New
Harga Bahan Pokok Rabu 15 Mei 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Harga Bahan Pokok Rabu 15 Mei 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Whats New
Pabrik Tutup, 2.650 Pekerja di Jabar Kena PHK dalam 3 Bulan Terakhir

Pabrik Tutup, 2.650 Pekerja di Jabar Kena PHK dalam 3 Bulan Terakhir

Whats New
IHSG Hari Ini Diproyeksi Melemah, Simak Rekomendasi Sahamnya

IHSG Hari Ini Diproyeksi Melemah, Simak Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Dibayangi Data Inflasi AS, Wall Street Ditutup 'Hijau'

Dibayangi Data Inflasi AS, Wall Street Ditutup "Hijau"

Whats New
Masih Merugi, Industri Fintech Lending Diharapkan Cetak Laba pada Kuartal II 2024

Masih Merugi, Industri Fintech Lending Diharapkan Cetak Laba pada Kuartal II 2024

Whats New
Surat Utang Diburu Investor, Pemerintah Kantongi Rp 21,36 Triliun

Surat Utang Diburu Investor, Pemerintah Kantongi Rp 21,36 Triliun

Whats New
Mudah, Begini Cara Cek Saldo JHT BPJS Ketenagakerjaan via Aplikasi JMO

Mudah, Begini Cara Cek Saldo JHT BPJS Ketenagakerjaan via Aplikasi JMO

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com