Dalam acara pameran Inovasi Teknologi Kacang-kacangan dan Umbi-bumbian yang diadakan di laboratorium lapang Balitkabi di Banyuwangi, Jawa Timur, September lalu, petani bisa melihat calon varietas bibit unggul itu. Sebagian bahkan aktif bertanya kapan bibit unggul, terutama Dering, bisa didapatkan di pasaran.
”Ladang kami kering, kalau menggunakan bibit biasa, seperti Anjasmoro, hasilnya tak maksimal. Karena itu, kami harap ada bibit unggul tahan kering,” kata Sarwono, yang mempunyai lahan di Curahjati, Kecamatan Gambiran, Banyuwangi.
Para petani yang datang dalam pameran itu tampak aktif terlibat diskusi soal benih kedelai. Dari pameran, mereka memperoleh berbagai informasi tentang jenis dan keunggulan kedelai yang dilepas Balitkabi. Jika kondisi tanah asam, mereka bisa memilih benih yang terdahulu dilepas, yakni Tanggamus. Jika ingin kedelai dengan biji besar, mereka bisa memilih Anjasmoro atau Grobogan. Kedelai berbiji besar cocok untuk tempe. Untuk pembuatan tahu, petani bisa memilih Gepak Kuning dan Gepak Ijo.
Muchlish Adie, Kepala Balai Pemulia Kedelai, mengatakan, berbagai varietas dan calon
Meski produksi kedelai di
Gatut Wahyu Anggoro, peneliti Balitkabi, menyebutkan, berdasarkan pemetaan, kondisi lahan di Indonesia sangat bervariasi. Di Nusa Tenggara, lahan sangat kering. Di Sumatera, lahan cenderung asam. Dengan berbagai calon varietas yang dikembangkan Balitkabi, diharapkan kondisi tanah apa pun bisa dimanfaatkan untuk tanaman kedelai.