Perbaikan layanan bagi pelanggan, ujarnya, tidak terkait dengan kenaikan tarif tenaga listrik. PT PLN terus berupaya memperbaiki pelayanan tiap tahun, misalnya meluncurkan pusat pelayanan bagi konsumen yang bisa diakses pelanggan melalui internet, telepon, datang langsung ke kantor PT PLN, dan pembayaran tagihan bisa melalui jasa perbankan. ”Tidak ada lagi calo di kantor PLN jika ada konsumen minta sambungan listrik,” kata Nur Pamudji.
Terkait durasi dan kekerapan gangguan listrik, Nur Pamudji mengakui bahwa saat ini angka gangguan listrik masih bervariasi di setiap daerah karena tergantung dari perkembangan sarana kelistrikan yang ada di daerah tersebut. Untuk menekan angka gangguan listrik, PT PLN terus memperluas jaringan transmisi dan distribusi serta membangun jaringan interkoneksi, antara lain di Sulawesi. ”Karena wilayah Indonesia luas, tidak sekaligus semua wilayah bisa merasakan perbaikan yang signifikan,” kata Nur Pamudji.
Pemadaman secara bergilir kerap terjadi di daerah. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sikka Rafael Raga, di Maumere, Nusa Tenggara Timur, meminta agar pemadaman secara bergilir di wilayahnya setiap malam tidak terjadi lagi. ”Pelayanan listrik tetap buruk, ditandai dengan pemadaman bergilir secara rutin setiap malam di setiap lokasi,” kata Rafael.
Rina Noverya (28), ibu rumah tangga pelanggan PT PLN di Padang, Sumatera Barat, mengatakan, pemadaman bergilir yang dalam sebulan bisa terjadi lebih dari lima kali sangat mengganggunya. ”Apalagi saya baru punya anak bayi berumur 6 bulan. Kadang kala listrik padam pada saat Maghrib ketika hari sudah gelap,” tuturnya.
Rina menambahkan, saat ini kebijakan pemutusan aliran listrik untuk pelanggan yang terlambat membayar juga tidak didahului peringatan. Ia mengatakan, aliran listrik di rumahnya nyaris diputus karena ia terlambat membayar selama lima hari.
”Biasanya, paling telat saya bayar listrik tanggal 20 setiap bulan, tetapi bulan ini saya bayar tagihan tanggal 25, dan itu pun sudah ada petugas datang untuk memutus aliran listrik. Padahal, biasanya ada surat peringatan untuk memutus aliran listrik itu,” ujar Rina.
Keluhan kenaikan tarif umumnya dilontarkan pengusaha. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi berharap kenaikan tarif listrik pada 2013 maksimal 10 persen. Kenaikan tarif di atas itu akan menimbulkan banyak dampak.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudrajat mengatakan, kontribusi listrik bagi struktur biaya produksi di industri pemintalan mencapai 18,5 persen. Di industri tenun, kontribusinya mencapai 14,4 persen, sementara di industri garmen sebesar 1,3 persen. ”Jika tarif listrik naik, imbas ke tekstil akan sangat besar,” ujar Ade.(IDR/EVY/ENY/KOR/INK/ETA/SIR)