Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aliansi Rakyat Kaltim Akan Berjuang ke DPR, MK, dan Presiden

Kompas.com - 18/01/2013, 11:19 WIB
Lukas Adi Prasetya

Penulis

BALIKPAPAN, KOMPAS.com — Aliansi Rakyat Kaltim untuk Blok Mahakam tetap menolak perpanjangan kontrak pengelolaan migas di Blok Mahakam, Kalimantan Timur, oleh perusahaan asing. Setelah Kamis kemarin menggelar unjuk rasa di Balikpapan, perwakilan aliansi akan menindaklanjutinya sampai ke DPR di Jakarta.

"Kami akan bertemu dengan Ketua DPR dan Komisi VII DPR. Kami sudah dihubungi Pak Priyo Budi Santoso (Wakil Ketua DPR) tiga hari lalu. Juga tadi malam kami sudah komunikasi dengan Pak Sutan Bathoegana (Ketua Komisi VII DPR), dan dia setuju bertemu dengan kami Januari ini," ujar Wahdiat, Ketua Aliansi Rakyat Kaltim untuk Blok Mahakam, Jumat (18/1/2013).

Pihaknya juga berupaya menembus dialog dengan Presiden, termasuk menyiapkan langkah-langkah judicial review ke Mahkamah Konsititusi jika pemerintah tetap memperpanjang kontrak Blok Mahakam ke perusahaan milik asing. Kami siap dengan paparan data. Selain itu, di belakang kami pun ada 18 ahli sehingga kami benar-benar tahu apa dan bagaimana Blok Mahakam itu dan cara mengelolanya," katanya.

Kemarin, Kamis (17/1/2013), aliansi menggelar unjuk rasa di Balikpapan, bersamaan dengan peresmian lapangan gas South Mahakam Total E&P Indonesie di Senipah, Kabupaten Kutai Kartanegara.

Menurut Wahdiat, sebanyak 400 sumur dan 9 rig di blok Mahakam sudah lunas pada 2017 mendatang, yang artinya sudah milik negara. "Jadi, mengapa perpanjangan kontrak harus diberikan ke asing? Jika negara memperpanjang pengelolaan Blok Mahakam ke asing, itu sama saja negara bersedekah," ujar dia.

Keadilan dan kedaulatan akan penguasaan migas, menurut dia, harus tercipta setelah sekian lama tak bisa diupayakan. Sudah cukup perusahaan asing menguasai Blok Mahakam sejak 1967. Batas waktu pengelolaan, yakni tahun 2017, pun sudah merupakan perpanjangan lima tahun. Saatnya orang Indonesia mengelola sendiri karena memiliki tenaga-tenaga ahli.

Selama ini, lanjut dia, dunia migas Indonesia banyak digiring pada kebohongan publik. Banyak hal disembunyikan oleh petinggi di republik ini. Rakyat tidak boleh tahu apa isi dunia migas dan apa yang terjadi. Masyarakat pun tidak paham tentang data-data.

Blok Mahakam, menurut Wahdiat, mengacu data dari de Golyer & Mac Naughton—lembaga sertifikasi migas internasional—tahun 2005 lalu, masih memiliki cadangan terbukti gas 25 TCF (trillion cubic feet) dan cadangan minyak 2 miliar barrel. Gas bisa diambil hingga jangka waktu 50 tahun, sedangkan minyak mungkin baru habis setelah 25 tahun.

"Itu baru yang ketahuan. Jika perusahaan asing itu bersemangat mengelola Blok Makaham, pasti ada potensi migas selain yang sudah diketahui. Saat ini, produksi migas Indonesia lari ke luar negeri. Jadi, mengapa tidak kita (Indonesia) saja yang mengelola dan memperbaiki ini semua," ucap dia.  

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Whats New
OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

Whats New
Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan 'Buyback' Saham

Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan "Buyback" Saham

Whats New
Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Whats New
60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

Whats New
Surat Utang Negara adalah Apa?

Surat Utang Negara adalah Apa?

Work Smart
Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Whats New
Kemenhub Bebastugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Kemenhub Bebastugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Whats New
Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Whats New
Seberapa Penting Layanan Wealth Management untuk Pebisnis?

Seberapa Penting Layanan Wealth Management untuk Pebisnis?

BrandzView
Kejar Produksi Tanaman Perkebunan Menuju Benih Unggul, Kementan Lakukan Pelepasan Varietas

Kejar Produksi Tanaman Perkebunan Menuju Benih Unggul, Kementan Lakukan Pelepasan Varietas

Whats New
Pemerintah Siapkan 2 Hektar Lahan Perkebunan Tebu di Merauke

Pemerintah Siapkan 2 Hektar Lahan Perkebunan Tebu di Merauke

Whats New
Mudahkan Reimbursement Perjalanan Bisnis, Gojek Bersama SAP Concur Integrasikan Fitur Profil Bisnis di Aplikasi

Mudahkan Reimbursement Perjalanan Bisnis, Gojek Bersama SAP Concur Integrasikan Fitur Profil Bisnis di Aplikasi

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Biaga hingga BCA

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Biaga hingga BCA

Whats New
Harga Emas Terbaru 17 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 17 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com