Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sangiran, Bumi Manusia Jawa yang Tandus

Kompas.com - 16/03/2013, 13:57 WIB

KOMPAS.comSUYONO (35) memahat batu di depan sebuah rumah sederhana di Dusun Sangiran. Ia mengolah batu menjadi patung manusia purba, Homo erectus. Di dusun yang tandus itu, usaha kerajinan dari batu alam menjadi gantungan hidup warga. Sayangnya, kemiskinan warga berbanding terbalik dengan ketenaran Sangiran sebagai salah satu pusat evolusi manusia di dunia.

Tak banyak memang pilihan bagi Suyono yang hanya tamatan sekolah dasar. Begitu pula warga sedusunnya yang sama-sama tak punya tanah pertanian. Masyarakat Sangiran kini berjuang merajut hidup di tengah tanah yang tandus.

Ini bagaikan ”reinkarnasi” fenomena berjuta tahun silam ketika manusia-manusia pertama penghuni Sangiran, Homo erectus, berjuang hidup di alam yang sedang berubah.

Di balik megahnya Museum Manusia Purba yang berlapiskan pualam, hidup masyarakat sekitar rata-rata masih dibelit kemiskinan. Mereka menghuni rumah-rumah berdinding anyaman bilah bambu. Kemiskinan membuat warga tidak mampu menyekolahkan anaknya, rata-rata hanya tamat sekolah menengah pertama. Materi tanah Sangiran berupa endapan lempung hitam dan pasir fluviovulkanik menyebabkan sifat tanah tidak subur dan tandus di musim kemarau.

Sangiran kini adalah kawasan tandus yang mencakup 22 desa di empat kecamatan yang berada di dua kabupaten, Sragen dan Karanganyar, Jawa Tengah.

Lahan padi yang hampir sebagian besar tadah hujan hanya mampu satu atau dua kali panen setahun. Di sisa musim, lahan ditanami palawija, seperti singkong, atau dibiarkan menganggur.

Dari hasil membuat kerajinan batu alam, Suyono yang belum berkeluarga ini memperoleh penghasilan Rp 50.000 per hari. Uang itu hanya cukup untuk makan dirinya, ibu, dan seorang keponakannya.

Nasib tidak jauh berbeda dialami perajin lainnya, Giyoto (44). Dalam sebulan, ia biasanya memperoleh pesanan 100 patung manusia purba setinggi 14 sentimeter (cm) yang dihargai Rp 7.500 per buah, serta Rp 10.000 per buah untuk patung setinggi 17 cm. Giyoto menghidupi istri dan dua anaknya. ”Hanya cukup untuk makan dan sekolah anak,” katanya.

Begitu pula warga yang menjadi petani, seperti Sumojuwito (65). Dari panen terakhir, ia hanya memperoleh 3 kuintal gabah basah dari lahan 2.000 meter persegi miliknya. Serangan wereng membuat produksi padinya merosot hampir separuh. Beras yang diperoleh digunakan untuk makan keluarga hingga panen berikutnya.

Saat masih muda, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ia bekerja sebagai buruh bangunan. Kini, pada masa tua, kehidupan hariannya ditopang enam anaknya yang juga hidup pas-pasan. Beruntung, ia sempat menyekolahkan mereka hingga sekolah menengah atas.

”Tetapi, sekarang saya bingung, tidak punya uang untuk pengobatan istri yang kena darah tinggi dan stroke. Kalau ada uang, ya, saya bawa berobat. Kalau tidak, terpaksa tidak diapa-apakan,” kata Sumojuwito.

Dengan kondisi tersebut, sementara di hadapan warga terhampar ”harta karun” atau ”barang tambang” berupa fosil, tidak jarang membuat warga tergiur perdagangan fosil yang ilegal menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Salah satunya adalah Subur yang sempat mendekam di penjara selama 6 bulan karena menjual fosil. Subur kini lebih memilih usaha batik. Fosil temuan yang ”mampir” di tangannya ia serahkan kepada museum. Terlebih anak sulungnya, lulusan arkeologi universitas ternama, kini sudah bekerja di museum.

”Kami sudah tinggal di Sangiran sebelum temuan fosil-fosil. Kalau memang kami tidak boleh berbuat apa-apa di atas lahan sendiri, seharusnya lahan itu secara bertahap dibebaskan pemerintah,” kata Subur.

Keinginan warga menggarap kerajinan batu alam tersebut terkendala karena bahan baku harus diperoleh dengan cara menggali.

Padahal, aktivitas penggalian dilarang karena dikhawatirkan akan merusak situs. Warga lainnya, Darmadi, mengungkapkan, masyarakat sebenarnya tidak ngotot untuk hanya mengeksplorasi fosil atau batu alam. Bidang ekonomi kreatif sebenarnya sangat potensial, termasuk pengembangan desa wisata. Sayangnya, belum ada komitmen untuk mengangkat masyarakat dari kemiskinan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Whats New
Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Whats New
Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Whats New
Luncurkan Starlink di Indonesia, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya

Luncurkan Starlink di Indonesia, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya

Whats New
Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

Whats New
Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Whats New
Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Whats New
IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

Whats New
Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

Whats New
Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

Whats New
Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Whats New
KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

Whats New
Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Whats New
Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Whats New
Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com