Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raja Bisnis dari Indonesia Timur

Kompas.com - 26/03/2013, 15:04 WIB

JK juga berhenti dari aktivitas organisasi. Semua itu dilakukannya demi memenuhi keinginan orangtua yang memintanya membantu mengembangkan usaha keluarga. Menurut JK, usaha yang tersisa saat itu adalah bisnis angkutan "Cahaya Bone", dengan enam unit bus.

Sementara itu, pegawainya hanya tersisa satu orang. "Namanya sama dengan nama saya, Yusuf," kenangnya. JK muda mencari akal untuk menghidupkan lagi perusahaan. Tahun itu juga JK menikah dengan gadis pujaan hatinya, Mufidah.

Berkat jaringan pergaulannya yang luas di Makassar, JK mendapat informasi bahwa Kantor Gubernur sedang memerlukan mobil Toyota. JK kemudian melayangkan surat ke kedutaan besar Jepang di Jakarta dan mengutarakan maksudnya mengimpor mobil Toyota.

Oleh Kantor Kedutaan Jepang, JK diminta menghubungi kantor perwakilan Toyota di Jakarta. Dari situ, JK pun memesan 10 mobil Toyota yang saat itu dihargai sekitar Rp 2 juta per unit.  

Untuk membeli mobil tersebut, JK meminta modal usaha dari ibunya. "Kebetulan ibu saya menyimpan emas, terus saya jual sekitar setengah kilogram buat modal," kata JK.

Sementara untuk keperluan administrasi impor, JK banyak dibantu istrinya, Mufidah, yang saat itu bekerja di sebuah bank di Makassar.
Setelah mobil pesanannya tiba di Makassar, muncul masalah baru. Mobil yang diimpor langsung dari Jepang itu masih dalam bentuk semi terurai dan perlu dirakit lagi.

JK tidak kehabisan akal. Ia pun meminta montir usaha angkutan keluarganya untuk merangkai mobil tersebut. Lantaran si montir buta huruf, sempat juga salah pasang komponen. Celakanya, mobil itu dipakai sebagai kendaraan Gubernur. "Saat dibanting setir ke kiri, mobil malah ke kanan," ujar JK.

Saat diperiksa ternyata sang montir tidak paham petunjuk L (left/kiri) dan R (right/kanan) pada kemudi. "Jadi dipasangnya terbalik," seloroh JK. Bukannya surut, setelah peristiwa itu pesanan mobil Toyota terus bertambah.

Hingga sekitar tahun 1970-an, perusahaannya resmi ditunjuk PT Toyota Astra Mobil (agen tunggal pemegang merek Toyota di Indonesia) menjadi distributor resmi Toyota di wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah (sekarang bertambah untuk Sulawesi Barat).

Sejak itulah, bisnis dealer mobilnya membesar dan menguasai pasar Indonesia Timur. "Bahkan kami sekarang menjadi penjual Toyota paling banyak bagi Astra," ungkapnya.

Di tangan JK, perusahaan terus dikembangkan dengan misi membangun usaha yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Perlahan bisnis keluarga itu merambah bidang angkutan, ekspor plastik, cokelat, dan lain-lain.

Usaha pertokoan dibenahi dan ekspor impor juga dihidupkan lagi. Misi JK membangun usaha yang menyangkut hajat hidup orang banyak terus berlanjut dengan mendirikan beragam usaha di bawah Kalla Group.

Sejak Tahun 1982, Grup Hadji Kalla dipimpin JK. Untuk kawasan Indonesia Timur, Grup Hadji Kalla merupakan kelompok usaha yang paling menonjol. Kendali usaha dipusatkan di Makassar, sedangkan operasionalnya meliputi seluruh wilayah Sulawesi dengan tiga bidang usaha utama: otomotif, perdagangan, dan konstruksi.

Grup Hadji Kalla juga mengerjakan proyek-proyek untuk kawasan Indonesia Timur, khususnya yang berkaitan dengan infrastruktur dan energi. JK mundur dari dunia bisnis pada Oktober 1999, ketika diangkat Presiden Abdurrahman Wahid menjadi Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Kariernya di pemerintahan terus berlanjut menjadi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat di era Megawati dan Wapres dari tahun 2004-2009 di era SBY.

Lantaran tidak bisa lagi fokus mengurus bisnis, kepemimpinan di PT Hadji Kalla pun dilanjutkan oleh adiknya Fatimah Kalla. "Sekarang saya tidak punya jabatan apa-apa," katanya. (Pravita Kusumaningtias, Havid Vebri, Barly Haliem/Kontan)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads

Copyright 2008 - 2023 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com