SURABAYA, KOMPAS.com — Antrean memanjang truk pembeli solar di seputaran Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, dianggap merugikan pengusaha angkutan.
Organisasi Angkutan Darat (Organda) Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, mengklaim total kerugian Rp 2-3 miliar per hari akibat antrean panjang pembelian BBM itu. Sebab, kata Ketua DPC Organda Tanjung Perak, Surabaya, Kody Lamahayu, ketika angkutan terlambat melakukan pengisian BBM, secara otomatis hal ini menyita waktu bongkar muat di pelabuhan.
''Angkutan yang biasanya 2-3 kali bongkar muat sekarang hanya sekali saja dalam sehari,'' katanya, Rabu (24/4/2013).
Selain merugikan pengusaha angkutan, antrean pengisian BBM juga semakin membuat macet jalanan di kawasan Pelabuhan Tanjung Perak.
''Bisa dibayangkan, tidak ada antrean saja macet, apalagi sekarang sering antre, pasti semakin menimbulkan macet,'' terangnya.
Pihaknya khawatir, jika keadaan ini berlangsung dalam waktu yang lama, maka akan berdampak pada tingginya biaya distribusi yang secara tidak langsung juga akan berdampak pada gejolak perekonomian di Jatim karena Pelabuhan Tanjung Perak adalah pintu gerbang ekonomi Indonesia bagian timur.
Organda Tanjung Perak mengaku sudah meminta Pertamina secara lisan dan tulisan untuk memberikan perlakuan khusus bagi 12 SPBU di kawasan Pelabuhan Tanjung Perak, tetapi sampai saat ini belum juga ditanggapi.
''Pagi disuplai, siang sudah habis, lalu menunggu besok untuk disuplai lagi,'' pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.