Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Badan Penyangga Pangan Diharapkan Segera Terbentuk

Kompas.com - 27/07/2017, 18:26 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menyusul banyaknya persoalan pangan, Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mendesak agar pemerintah segera membentuk Badan Penyangga Pangan.

Direktur Eksekutif Indef Enny Sri Hartati mengatakan, pembentukan tersebut bisa dengan dua cara yakni, pembentukan baru atau diserahkan kepada Badan Urusan Logistik (Bulog).

Menurutnya, saat ini pemerintah tidak mampu untuk memiliki cadangan pangan yang bisa digunakan untuk stabilisasi harga pangan ketika harga bergejolak, karena tidak ada sebuah badan khusus yang benar-benar mengurus cadangan pangan pemerintah.

"Harus ada peran Badan Penyangga Pangan ke depannya," papar Enny di kantor Indef, Pejaten, Jakarta, Kamis (27/7/2017).

Ekonom Indef lainnya Eko Listianto menambahkan, jika Bulog akan dibentuk sebagai Badan Penyangga Pangan, maka bukan hanya sekedar suntikan anggaran tetapi harus mengubah kelembagaannya dan meninggalkan sisi komersialnya.

"Fungsinya harus kepada servis stabilitas pangan. Jadi memang harus ada badan penyangga pangan yang tidak orientasi profit, tidak mencari untung tapi lebih kepada stabilisasi seperti yang diamanatkan Undang-undang," kata Eko.

Sementara itu, Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa menegaskan, Badan Penyangga Pangan sudah harus terbentuk karena sudah melewati batas waktu yang ditentukan.

"Pemerintah harus segera bentuk badan khusus pangan, yang berada di bawah Presiden, sehingga tata kelola pangan memusat pada satu pintu, kalau sekarang kan semua berkepentingan, ada pertanian. perdagangan, BUMN," ujar Dwi.

Dwi menegaskan, berdasarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, pembentukan badan yang mengurusi soal pangan sudah harus terbentuk pada November 2015.

"Sebenarnya sudah terlambat, karena berdasarkan amanat Undang-undang, harusnya sudah dua tahun Ialu (selesai dibentuk). Tahap finalisasi sudah lama juga, tetapi tidak final -final sampai sekarang, dan harusnya November 2015 sudah harus terbentuk," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Whats New
Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Whats New
IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

Whats New
Mengintip 'Virtual Assistant,' Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Mengintip "Virtual Assistant," Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Work Smart
Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Whats New
Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Whats New
Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Whats New
Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Whats New
Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Work Smart
Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan 'Smart City' di Indonesia

Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan "Smart City" di Indonesia

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Saat Sri Mulyani Panjat Truk Kontainer yang Bawa Barang Impor di Pelabuhan Tanjung Priok...

Saat Sri Mulyani Panjat Truk Kontainer yang Bawa Barang Impor di Pelabuhan Tanjung Priok...

Whats New
Cara Langganan Biznet Home, Biaya, dan Area Cakupannya

Cara Langganan Biznet Home, Biaya, dan Area Cakupannya

Spend Smart
9,9 Juta Gen Z Tak Bekerja dan Tak Sedang Sekolah, Menko Airlangga: Kita Cari Solusi...

9,9 Juta Gen Z Tak Bekerja dan Tak Sedang Sekolah, Menko Airlangga: Kita Cari Solusi...

Whats New
Apa Itu Stagflasi: Pengertian, Penyebab, dan Contohnya

Apa Itu Stagflasi: Pengertian, Penyebab, dan Contohnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com