Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS-Korea Utara Memanas, Apa Dampaknya bagi Perekonomian Dunia?

Kompas.com - 10/08/2017, 14:30 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

NEW YORK, KOMPAS.com - Ketegangan antara AS dan Korea Utara memanas ketika Presiden Donald Trump menjanjikan kekuatan besar yang tak pernah dilihat sebelumnya. Pernyataan ini menjawab ancaman Pemimpin Korut Kim Jong Un.

Beberapa jam kemudian, Korut merespon pula dengan menyatakan secara serius mempertimbangkan peluncuran misil ke Guam.

Pulau di Samudera Pasifik tersebut merupakan salah satu pangkalan militer besar AS. Meski kedua negara tersebut belum bersinggungan secara langsung, namun hal ini mulai dianggap serius oleh para analis, akademisi, hingga investor.

Jelas kalau AS dan Korut berperang, maka yang akan dirugikan adalah warga, yang bisa saja kehilangan nyawa dan penderitaan lainnya.

Biro riset Capital Economics telah mengukur potensi dampak ekonomi kemungkinan konflik antara AS dan Korut terhadap perekonomian global.

(Baca: Investor Mulai Cari Aman Saat Suhu Politik AS-Korea Utara Memanas)

Analis Gareth Leather dan Krystal Tan dalam laporannya menyatakan, negara-negara yang terlibat dalam konflik besar sejak Perang Dunia II mengalami penurunan signifikan pada pertumbuhan ekonominya.

"Pengalaman dari konflik-konflik militer sebelumnya menunjukkan betapa besarnya dampak perang terhadap ekonomi. Perang di Suriah telah membuat pertumbuhan ekonomi Suriah turun 60 persen," tulis Leather dan Tan seperti dikutip dari Business Insider, Kamis (10/8/2017).

Meskipun demikian, keduanya mencatat bahwa dampak konflik militer terparah sejak PD II adalah pada Perang Korea (1950-1953).

Sebanyak 1,2 juta warga Korea Selatan tewas dan pertumbuhan ekonomi negara itu anjlok 80 persen.

Kedua analis tersebut menyatakan, Semenanjung Korea yang kemungkinan besar menjadi pusat konflik yang melibatkan Korut, akan menanggung beban goncangan ekonomi.

Perekonomian Korsel kemungkinan akan terdampak paling besar. Kondisi ini tak dapat dihindari bakal merambat pula ke perekonomian global.

Pasalnya, Korsel menyumbang 2 persen dari pertumbuhan ekonomi global. Rantai pasok pun secara global diprediksi terdampak.

"Korsel juga juga merupakan produsen terbesar display krital cair di dunia (40 persen dari total secara global) dan produsen semikonduktor terbesar kedunia dunia (pangsa pasar 17 persen). Korsel pun merupakan produsen otomotif penting dan rumah bagi tiga pabrik galangan kapal terbesar di dunia," ungkap Leather dan Tan.

Jika produksi di Korsel hancur karena perang, maka akan ada kelangkaan di seluruh dunia. Dirupsi ini bisa berlangsung lama, di mana menurut Leather dan Tan, butuh waktu dua tahun untuk membangun pabrik semikonduktor saja.

Konflik AS-Korut juga dapat memberi dampak besar bagi perekonomian AS. Pasalnya, AS harus merogoh saku dalam-dalam untuk membiayai perang di luar negeri.

Pada puncak Perang Korea tahun 1952 silam, pemerintah AS membelanjakan 4,2 persen dari produk domestik bruto (PDB) untuk membiayai perang.

Adapun total biaya Perang Teluk kedua tahun 2003 dan setelahnya mencapai 1 triliun dollar AS atau 5 persen dari PDB AS.

"Perang di Korea akan secara signifikan meningkatkan utang federal AS, yang pada posisi 75 persen dari PDB sudah tergolong tinggi dan tak nyaman bagi perekonomian," ungkap Leather dan Tan. 

Kompas TV Korea Utara Ancam Serang Pulau Guam
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Spend Smart
Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Spend Smart
Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Spend Smart
Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Whats New
Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Whats New
Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Whats New
Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Whats New
Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Whats New
Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Whats New
Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Whats New
Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Whats New
Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com