Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KKP Pacu Pembangunan Sentra Terpadu di Sumba Timur

Kompas.com - 26/08/2017, 11:43 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memacu Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) di Kabupaten Sumba Timur.

Hal ini ditandai dengan pelaksanaan sosialisasi penyaluran program PSKPT kepada seluruh stakeholder yang terlibat, khususnya kepada para pelaku utama kelautan dan perikanan seperti pembudidaya ikan dan nelayan yang menjadi sasaran program.

KKP optimis pembangunan SKPT di Sumba Timur akan memberikan dampak positif bagi pergerakan ekonomi daerah. Sebagai daerah dengan basis sumberdaya Kelautan dan Perikanan, Sumba Timur memiliki nilai strategis ekonomi yang tinggi dan diharapkan jadi embrio terwujudnya pusat pertumbuhan ekonomi di kawasan terluar Indonesia.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, mengatakan hal tersebut saat membuka Rapat Koordinasi Realisasi Progran PSKPT di Kota Waingapu, yang juga dihadiri Wakil Bupati Sumba Timur, elemen pemerintah daerah, BUMD, pelaku usaha dan stakeholders terkait lainnya pekan lalu.

Ia menegaskan lahirnya Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 51 Tahun 2016 tentang Penetapan Lokasi PSKPT di Pulau-pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan merupakan wujud komitmen dari KKP membangun Indonesia dari pinggiran sesuai nawa cita yang sudah digariskan oleh pemerintahan Jokowi-JK.

Selain itu, pembangunan SKPT yang menjadi prioritas KKP memiliki 2 nilai penting yaitu sebagai penghela bagi pertumbuhan ekonomi di kawasan terluar, dan secara geopolitik diharapkan akan memperkuat kedaulatan NKRI.

“Bu Susi (Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan-red) menetapkan dan melaksanakan program pembangunan SKPT tentu punya alasan yang kuat. Dengan program ini diharapkan akan meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas dalam pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan dengan pasar," kata Slamet dalam keterangan resmi Sabtu (26/8/2017).

Program SKPT ini mengarah pada optimalisasi usaha pembudidayaan ikan, penangkapan ikan, usaha tambak garam, serta pengolahan dan pemasaran hasil perikanan, sehingga pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan perikanan akan mendapatkan keuntungan ekonomi yang tinggi.

Pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan perikanan dan tegaknya kedaulatan negara khususnya di pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan.

Pemerintah Kabupaten Sumba Timur menyambut baik program pembangunan SKPT dari KKP dan segera membangun infrastruktur yang dibutuhkan seperti jalan, jaringan listrik, gudang dan kelembagaan koperasi.

Rumput laut

Komoditas rumput laut masih menjadi komoditas andalan Kabupaten Sumba Timur dan secara nyata telah mampu mendongkrak perekonomian masyarakat hingga saat ini.

Kendati demikian, dari total potensi lahan budidaya seluas 5.944,34 ha, hingga kini pemanfaatannya baru 352,9 ha (5,94 persen) dengan produksi pada tahun 2016 baru mencapai 26.408 ton rumput laut basah atau 3.301 ton rumput laut kering.

Ke depannya, setelah SKPT beroperasi penuh, maka diharapkan dapat mengoptimalkan potensi lahan sebesar 4.755,47 Ha atau 80 persen dari potensi yang ada sehingga dapat diproduksi sebanyak 570.656 ton rumput laut basah per tahun atau 57.066 ton rumput laut kering, serta mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 71.598 orang.

“Bibit yang digunakan merupakan bibit unggul seperti hasil kultur jaringan, setidaknya nilai ekonomi yang dapat diraup dari komoditas ini saja bisa mencapai Rp 570,66 miliar per tahun. Saya rasa ini menjadi fokus kita dalam pembangunan SKPT ini”, ungkap Slamet.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com