Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Tukang Ojek di Puncak Jaya, Tarif Tinggi tapi Bertaruh Nyawa

Kompas.com - 28/08/2017, 06:50 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

KOMPAS.com - Aparat keamanan lengkap dengan senjata laras panjang berada di sudut-sudut Pasar Lama, Distrik Kotamulia, Kabupaten Puncak Jaya, Papua, saat Hasan Basori (52), seorang tukang ojek, mengeluh di depan toko yang tutup.

Tujuh bulan sudah ia meninggalkan istri dan anak-anaknya di kampung halamannya, Jember, Jawa Timur, untuk mencari nafkah di distrik yang berada di ketinggian sekitar 2.500 meter dari permukaan laut itu. 

"Sekarang untuk makan aja susah, apalagi untuk pulang (ke Jember)," ujarnya.

Siang itu, matahari di Kotamulia memang cukup terik. Namun hawa dingin dari pegunungan Papua tetap jadi menu yang dominan. Hanya saja, hal itu tak cukup membendung keluh kesah Hasan yang sudah terlanjur tumpah.

Sebelum nekat berangkat ke Puncak Jaya, Hasan sempat bekerja sebagai penimbang besi di Surabaya. Namun tempat ia bekerja justru bangkrut. Kondisi itu membuatnya mencari pekerjaan lain.

Namun, usia yang sudah menginjak kepala lima membuatnya kesulitan mendapatkan pekerjaan di Jawa. Tawaran untuk mengadu nasib di Papua pun ia terima setelah diajak teman-temannya.

"Soalnya ada teman-teman yang sukses (ngojek) di sini," tuturnya.

Tujuh bulan lalu, saat menginjakkan kakinya di Puncak Jaya, Hasan ingin membuktikan kebenaran cerita teman-teman kampungnya yang lebih dulu datang ke Kotamulia dan sukses bekerja sebagai tukang ojek.

Benar saja, awalnya semua berjalan lancar. Hanya modal motor sewaan Rp 50.000 per hari, Hasan bisa mendapatkan penghasilan rata-rata Rp 200.000-300.000 per hari dari hasil mengojek.

Besarnya penghasilan itu lantaran tarif ojek di Puncak Jaya sangat mahal. Maklum, ojek merupakan satu-satunya sarana transportasi umum di Puncak Jaya selain pesawat terbang.

Tarif ojek terendah di Puncak Jaya Rp 10.000 untuk jarak dekat. Sementara tarif jarak menengah hingga jauh berkisar Rp 200.000 - Rp 700.000 untuk sekali jalan.

Biasanya tarif tinggi dikenakan untuk tujuan jarak jauh misalnya perjalanan ke distrik lain yang letaknya  beberapa kilometer dari Kotamulia. Namun konflik Pilkada Kabupaten Puncak Jaya dan ancaman gerakan bersenjata Papua, membuat Hasan berpikir seribu kali mengantar penumpang jarak jauh.

Faktor keamanan menjadi momok yang paling menakutkan bagi Hasan dan para tukang ojek Puncak Jaya lainnya. Sebab para tukang ojek yang kebanyakan pendatang, kerap menjadi korban konflik di Puncak Jaya.

Awal Agustus lalu misalnya, seorang tukang ojek Puncak Jaya di hadang dan ditembak mati oleh kelompok bersenjata setelah pulang mengantar penumpang ke Distrik Mewoluk. Selain faktor keamanan, Hasan juga merasakan getirnya menyambung hidup di wilayah pedalaman.

Maklum biaya hidup di Puncak Jaya terbilang sangat besar di bandingkan tinggal di kabupaten lain di Papua.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Cetak Rekening Koran BCA, BRI, BNI, dan Bank Mandiri via Online

Cara Cetak Rekening Koran BCA, BRI, BNI, dan Bank Mandiri via Online

Spend Smart
Daftar UMK Kota Surabaya 2024 dan 37 Daerah Lain di Jawa Timur

Daftar UMK Kota Surabaya 2024 dan 37 Daerah Lain di Jawa Timur

Whats New
Menhub Pastikan Bandara Juanda Surabaya Siap Layani Penerbangan Haji 2024

Menhub Pastikan Bandara Juanda Surabaya Siap Layani Penerbangan Haji 2024

Whats New
Kian Menguat, Harga Bitcoin Kembali Tembus 67.000 Dollar AS per Keping

Kian Menguat, Harga Bitcoin Kembali Tembus 67.000 Dollar AS per Keping

Whats New
Sri Mulyani: Barang Non Komersial Tak Akan Diatur Lagi dalam Permendag

Sri Mulyani: Barang Non Komersial Tak Akan Diatur Lagi dalam Permendag

Whats New
Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Earn Smart
Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Whats New
Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Whats New
Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Whats New
Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Whats New
IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

Whats New
Mengintip 'Virtual Assistant,' Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Mengintip "Virtual Assistant," Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Work Smart
Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Whats New
Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Whats New
Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com