Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Desmon Silitonga
Head Investment

Analis PT Capital Asset Management, alumnus Pascasarjana FE UI.

Memanfaatkan Momentum Pemulihan Ekonomi Global

Kompas.com - 27/09/2017, 08:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorBambang Priyo Jatmiko

Sampai dengan semester I-2017, kinerja sektor perbankan yang mendominasi sumber pembiayaan masih mampu mencetatkan kinerja yang positif, meski melambat dari tahun-tahun sebelumnya.

Sejumlah perbankan besar dan menengah masih mampu menghasilkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih yang positif, di tengah kondisi ekonomi yang turun.

Bukan itu saja, tingkat kesehatan sektor perbankan juga masih cukup baik yang tecermin dari rasio kecukupan modal (capital adequaty ratio/CAR) yang berada di atas 20 persen, pertumbuhan kredit yang masih tumbuh, meski lebih lambat dari tahun-tahun sebelumnya. Sampai semester I-2017, pertumbuhan kredit hanya mencapai 8,7 persen.

Sektor perbankan masih cenderung berhati-hati dalam menyalurkan kredit sebagai imbas dari belum solidnya arah perekonomian ke depan. Apalagi, saat ini masih ada sejumlah sektor-sektor ekonomi yang masih tertekan dan melakukan konsolidasi, seperti sektor pertambangan dan pengolahan. yang membuat sektor-sektor ekonomi mengalami kemandekan.

Bukan itu saja, sektor perbankan juga masih harus melakukan konsolidasi, khususnya terkait rasio kredit macet (NPL) yang cenderung tinggi. Sektor perbankan masih melakukan konsolidasi untuk mengelola NPL yang tinggi ini. Dampaknya sangat memengaruhi kinerja intermediasi. Dalam dua tahun terakhir, kinerja intermediasi tidak berjalan dengan maksimal.

Hal ini tecermin dari resistennya penurunan suku bunga pinjaman. Meski, Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga acuan (BI 7 days reverse repo rate/ BI 7DDR) berkali-kali dan saat ini berada di level 4,25 persen atau terendah dalam sejarah, tetapi suku bunga rata-rata pinjaman hanya turun sebesar 106bps sampai semester I-2017.

Penurunan suku bunga pinjaman ini lebih lambat dibandingkan penurunan suku bunga dana (deposito) yang mencapai 143 bps.

Momentum

Itulah sebabnya, meski pun, situasi perekonomian dalam kondisi yang melambat, tetapi sektor perbankan masih mampu menikmati marjin bunga yang sangat tinggi. Sampai dengan semester I-2017, net interest margin (NIM) perbankan berada di level 529 bps.

Sektor perbankan menjadi bisnis yang sangat menggiurkan dan menguntungkan. Tidaklah mengherankan, jika investor asing sangat aktif melakukan akuisisi terhadap sektor perbankan di Indonesia, karena tingkat keutungannya yang sangat tinggi.

Itulah sebabnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus secara aktif mendorong sektor perbankan untuk menurunkan suku bunga pinjamannya. OJK harus terus mendorong agar sektor perbankan makin efisien. Apalagi, dengan perkembangan Informasi dan Teknologi yang makin berkembang yang membuat efisiensi itu bisa terus didorong.

Bagaimanapun, tidak ada lagi alasan bagi sektor perbankan untuk tidak menurunkan suku bunga pinjaman. Apalagi, BI telah melakukan relaksasi dalam dua bulan terakhir.

Dengan penurunan suku bunga pinjaman, diharapkan akan merangsang dunia usaha untuk menarik pinjaman dan diharapkan akan berdampak positif dalam menggerakkan sektor riil.

Bukan itu saja, OJK dan pemerintah juga diharapkan untuk terus mendorong pendalaman pasar modal. Jika pasar modal makin berkembang, maka diharapkan akan mendorong makin terbukanya akses pembiayaan alternatif.

Dunia usaha dan pelaku bisnis tidak lagi hanya mengandalkan sektor perbankan sebagai sumber pembiayaan. Namun, diharapkan melalui pasar modal yang kebetulan karakteristiknya sangat tepat dengan pembiayaan jangka panjang, seperti untuk infrastruktur.

Hanya dengan investasi, maka pertumbuhan ekonomi bisa terus didorong lebih tinggi dan berkelanjutan. Tentu, pemerintah memiliki peran sangat sentral dalam merealisasikan hal ini, yaitu dengan memangkas regulasi yang menghambat. Pemerintah harus mempermudah dan merampingkan regulasi dan memberikan kepastian dalam berusaha.

Bagaimanapun, tersendatnya kinerja investasi tidak disebabkan oleh minimnya pembiayaan, tetapi lebih banyak disebabkan oleh banyak regulasi yang menghambat.

Ini tugas berat semua pihak, khususnya pemerintah untuk terus mempercepat perbaikan kelemahan-kelemahan di berbagai sisi, khususnya regulasi dan birorkrasi. Jika terlambat lagi, maka Indoensia tidak akan menerima manfaat dari momentum pemulihan ekonomi global yang terjadi saat ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Upaya Kemenparekraf Jaring Wisatawan Asing di Korea Selatan

Upaya Kemenparekraf Jaring Wisatawan Asing di Korea Selatan

Whats New
Libur 'Long Weekend', 2 Lintasan Utama ASDP Layani 26.122 Orang dan 125.950 Unit Kendaraan

Libur "Long Weekend", 2 Lintasan Utama ASDP Layani 26.122 Orang dan 125.950 Unit Kendaraan

Whats New
Soroti Kecelakan Bus Pariwisata di Subang, Menparekraf: Kita Butuh Manajemen Krisis yang Efektif

Soroti Kecelakan Bus Pariwisata di Subang, Menparekraf: Kita Butuh Manajemen Krisis yang Efektif

Whats New
OJK: Sektor Jasa Keuangan Nasional Stabil

OJK: Sektor Jasa Keuangan Nasional Stabil

Whats New
Sentimen Konsumen di AS Melemah Imbas Inflasi dan Tingkat Bunga Tinggi

Sentimen Konsumen di AS Melemah Imbas Inflasi dan Tingkat Bunga Tinggi

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Pengusaha: Pabrik Ada di Daerah dengan UMK Tinggi..

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Pengusaha: Pabrik Ada di Daerah dengan UMK Tinggi..

Whats New
OJK Sebut Perbankan Masih Optimistis Cetak Pertumbuhan Kredit 'Double Digit'

OJK Sebut Perbankan Masih Optimistis Cetak Pertumbuhan Kredit "Double Digit"

Whats New
9 Tips untuk Menjadi Kandidat yang Disukai dalam Wawancara Kerja

9 Tips untuk Menjadi Kandidat yang Disukai dalam Wawancara Kerja

Work Smart
Blak-blakan Emiten Prajogo Pangestu BREN soal Harga Saham yang Terus Menanjak

Blak-blakan Emiten Prajogo Pangestu BREN soal Harga Saham yang Terus Menanjak

Whats New
Banyak BPR Tutup, OJK: Tidak Mungkin Kami Selamatkan...

Banyak BPR Tutup, OJK: Tidak Mungkin Kami Selamatkan...

Whats New
Harga Bawang Putih Masih Tinggi, KSP Bakal Panggil Para Importir

Harga Bawang Putih Masih Tinggi, KSP Bakal Panggil Para Importir

Whats New
Berantas 'Bus Bodong', PO yang Langgar Aturan Harus Disanksi Tegas

Berantas "Bus Bodong", PO yang Langgar Aturan Harus Disanksi Tegas

Whats New
Wamen BUMN Ungkap Ada Wacana Kementerian Perumahan

Wamen BUMN Ungkap Ada Wacana Kementerian Perumahan

Whats New
Pemerintah Kaji Skema KPR Subsidi Buat Pekerja Gaji Rp 8 Juta-Rp 15 Juta

Pemerintah Kaji Skema KPR Subsidi Buat Pekerja Gaji Rp 8 Juta-Rp 15 Juta

Whats New
Emiten Prajogo Pangestu BREN Targetkan Capex Rp 2,5 Triliun Tahun Ini

Emiten Prajogo Pangestu BREN Targetkan Capex Rp 2,5 Triliun Tahun Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com