Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Fajar Marta

Wartawan, Editor, Kolumnis 

Stimulus Moneter dan BI yang Percaya Diri

Kompas.com - 27/09/2017, 12:39 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorMuhammad Fajar Marta

Bank Indonesia (BI) mengejutkan banyak pihak usai Rapat Dewan Gubernur BI pada Jumat (22/9) memutuskan memangkas suku bunga acuan BI 7-day (reverse) Repo Rate (BI 7-day RR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,25 persen.

Ini merupakan pemangkasan yang kedua secara berturut-turut setelah pada bulan sebelumnya (Agustus 2017), BI juga menurunkan BI 7-day RR sebanyak 25 bps menjadi 4,5 persen.

Langkah bank sentral tersebut dianggap mengejutkan karena tak sesuai dengan ekspektasi pasar yang memprediksi suku bunga acuan akan bertahan di level 4,5 persen.

Pasar menilai penurunan suku bunga acuan yang agresif akan meningkatkan risiko pada pasar keuangan Indonesia. 

Pasalnya, pemangkasan justru dilakukan BI di tengah meningkatnya kemungkinan naiknya suku bunga acuan di AS dan Eropa, yang memiliki pengaruh besar terhadap pasar keuangan global.

Kondisi ini berpotensi memperkecil spread suku bunga antara Indonesia dengan negara-negara maju yang berarti akan mengurangi daya tarik investor global untuk menanamkan modalnya pada instrumen-instrumen keuangan Indonesia. 

Investor kemungkinan juga akan melepas aset-asetnya dalam rupiah dan mengalihkannya ke instrumen-instrumen negara lain yang lebih menarik.

Ini tentu bakal berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah. Rupiah yang saat ini sudah murah (undervalued) akan semakin murah sehingga fundamental perekonomian terlihat rapuh.

Langkah BI kembali memangkas suku bunga acuan juga dinilai aneh mengingat pada triwulan III 2017, konsumsi masyarakat sebenarnya mulai meningkat.

Penjualan eceran pada Agustus 2017 dilaporkan tumbuh 5,8 persen secara tahunan (year on year/yoy) setelah turun 3,3 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.

Penjualan otomatif juga membaik tercermin dari penjualan motor dan mobil yang tumbuh positif pada Agustus 2017.

Sementara itu, realisasi ekspor nonmigas riil pada Agustus 2017 tumbuh 8,04 persen (yoy) seiring tingginya harga komoditas ekspor primadona Indonesia seperti batu bara dan tembaga.

Inflasi rendah 

Dengan berbagai risiko tersebut, lantas apa yang membuat BI begitu percaya diri untuk kembali memangkas suku bunga acuan?

Kondisi eksternal memang menjadi pertimbangan BI dalam menentukan suku bunga acuan. Namun, pertimbangan utama tetaplah faktor domestik, terutama inflasi.

BI menggunakan suku bunga acuan untuk mengarahkan inflasi agar sesuai dengan koridor target yang ditetapkan.

Secara sederhana, jika inflasi berada di bawah koridor target, maka BI akan menurunkan suku bunga acuan atau BI 7-day RR. Jika inflasi berada di atas koridor target, maka bank sentral akan menaikkan BI 7-day RR.

Inflasi sendiri merupakan fenomena kenaikan harga barang akibat tidak seimbangnya permintaan dan penawaran.

Jika permintaan tinggi, namun pasokannya tidak mencukupi, maka harga akan naik sehingga terjadi inflasi. Sebaliknya, jika pasokan lebih besar dari permintaan, maka harga akan turun sehingga terjadi deflasi.

Halaman:


Terkini Lainnya

Punya Peta Jalan, Industri BPR Hadapi 3 Tantangan Struktural

Punya Peta Jalan, Industri BPR Hadapi 3 Tantangan Struktural

Whats New
Kemenperin Bantah Kemendag soal Terbitkan 'Pertek' Lamban,: Paling Lama 5 Hari

Kemenperin Bantah Kemendag soal Terbitkan "Pertek" Lamban,: Paling Lama 5 Hari

Whats New
[POPULER MONEY] Cara Cek Formasi CPNS 2024 di SSCASN | Prabowo soal Anggaran Makan Siang Gratis

[POPULER MONEY] Cara Cek Formasi CPNS 2024 di SSCASN | Prabowo soal Anggaran Makan Siang Gratis

Whats New
Insiden Pesawat Haji Terbakar, Bos Garuda: 'Confirm' Disebabkan Internal 'Engine'

Insiden Pesawat Haji Terbakar, Bos Garuda: "Confirm" Disebabkan Internal "Engine"

Whats New
Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com