Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Firdaus Putra, HC
Komite Eksekutif ICCI

Ketua Komite Eksekutif Indonesian Consortium for Cooperatives Innovation (ICCI), Sekretaris Umum Asosiasi Neo Koperasi Indonesia (ANKI) dan Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED)

Dari "Sharing Economy" ke "Cooperative Economy"

Kompas.com - 23/10/2017, 07:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorBambang Priyo Jatmiko

Francesca Bria, penasihat European Commission on Future Internet and Smart Cities Policy, berbeda pandangan dari Prof Rhenald. Ia secara tajam menyoal siapa pemilik meja, dari mana modal untuk membuat meja serta kemana nilai lebihnya.

Dalam portal Platform.coop, perempuan itu menulis, "We must articulate an alternative to platform capitalism. It is a matter of democracy."

Berbeda dari Prof. Rhenald, Bria menukik tajam bagaimana platform yang ada saat ini kapitalistik dan karenanya tak demokratis.

Alternatif yang Bria dan kawan-kawannya tawarkan adalah dengan membuat meja yang dapat dimiliki semua orang. Sebuah platform cooperativism sebagai alternatif terhadap platform capitalism.

Saat ini ada sedikitnya 217 co-op platform di seluruh dunia. Sebagai alternatif dari Uber, misalnya mereka buat LibreTaxi, alternatif dari AirBnB mereka bangun FairBnB, dalam crowdfunding mereka inisiasi Seedbloom dan banyak ragam lainnya yang semuanya berbasis co-op.

Cooperative economy

Sharing economy telah mengajarkan masyarakat bagaimana berbagi sumber daya hasilkan ekonomi yang lebih efisien. Dengan teknologi yang ada saat ini, pola sharing menjadi lebih mudah.

Namun, model sharing economy yang ada hari ini belum sepenuhnya demokratis. Platform hanya dimiliki orang tertentu, karenanya pihak-pihak yang terhubung tak selamanya berjalan simetris, yang saya ulas di kolom sebelumnya, “Kotak Pandora Sharing Economy”.

Model sharing economy perlu didorong maju sampai sepenuhnya sumberdaya itu terbagi (shared). Sebagai contoh, bayangkan bila Gojek bertransformasi menjadi Multistakeholder Worker Co-op atau Koperasi Pekerja Multi Pihak.

Sekedar ilustrasi dengan pola yang ada saat ini, kepemilikan Gojek bisa dibagi kepada pengemudi dan pengguna. Dengan kecanggihan platform, jutaan pengguna Gojek dapat dengan mudah turut menjadi pemilik platform itu. Tinggal pencet ini dan itu, jadilah pemilik!

Artinya, Nadiem Makarim tak perlu lagi repot-repot cari modal ke para venture capitalist. Masyarakat, dalam arti pengemudi dan pengguna yang banyak itu, bisa patungan memodalinya. Karena pertemukan langsung supply dan demand dalam satu atap sebagai worker-owner dan user-owner, harga layanan dapat mereka tetapkan secara berkeadilan. Ujungnya, fair price bagi semua pihak.

Dengan model itu, strategi predatory price di mana harga layanan sangat murah hasil subsidi modal venture capital bisa dihilangkan. Persaingan usaha tetap berjalan dengan sehat tanpa drama David vs Goliath.

Masing-masing pemilik, worker-owner dan user-owner dapat berembug soal harga yang paling adil atas layanan. Berbagai biaya produksi layanan dihitung bersama tanpa harus korbankan pengemudi dan menangkan konsumen. Mulai dari asuransi, perawatan kendaraan, biaya komunikasi dan lain sebagainya. Sampai ujungnya, fee yang diperoleh atas platform dikembalikan kepada semua pemilik.

Agar sampai pada evolusi puncaknya, dimulai dari owning economy ke sharing economy dan berujung pada cooperative economy, kita perlu tanamkan azas demokrasi di dalamnya.

Bila kita suka demokrasi dalam ruang politik, eloknya kita juga menerima modus demokrasi bekerja di ruang ekonomi. Dimana sumberdaya dimiliki dan dikendalikan oleh, dari dan untuk semua pihak. Sebelumnya saya ulas pendek dalam kolom “Menyempurnakan Sharing Economy”.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Spend Smart
Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com