JAKARTA, KOMPAS.com - PT Kereta Api Indonesia (KAI) mengaku masih membahas strategi penataan kawasan Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat, dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Penataan Stasiun Tanah Abang menjadi perhatian Direktur Utama PT KAI Edi Sukmoro karena padatnya wilayah itu dan jumlah pengguna jasa kereta api rel listrik (KRL) Jabodetabek yang sudah tembus 1 juta lebih orang per hari.
"Kami dan Pemprov DKI masih berkoordinasi terkait penataan di wilayah tersebut, dan tentunya melibatkan berbagai pihak, termasuk dengan ahli tata kota," kata Vice President Corporate Communication PT KAI Agus Komarudin melalui pesan singkat kepada Kompas.com, Senin (20/11/2017).
Kawasan Stasiun Tanah Abang jadi perhatian PT KAI karena merupakan salah satu stasiun besar dan di sekelilingnya ramai oleh pedagang kaki lima.
Baca juga : Dua BUMN Bangun Hunian TOD Rp 200 Jutaan di Stasiun Juanda dan Tanah Abang
Belakangan, hampir di seluruh daerah Pasar Tanah Abang yang letaknya berdekatan dengan stasiun dipadati oleh pedagang kaki lima, di mana mereka menempati trotoar yang sebenarnya diperuntukkan bagi pejalan kaki.
Berdasarkan data dari PT KAI pada awal November 2017, dalam sehari jumlah penumpang KRL bisa tembus paling tinggi di angka 1.067.000 orang.
Angka ini diprediksi akan terus bertambah dan dinilai perlu diiringi dengan perbaikan fasilitas, sarana dan prasarana sehingga penumpang bisa merasa lebih nyaman.
Selain Stasiun Tanah Abang, beberapa stasiun lain yang dinilai mendesak untuk ditata adalah Stasiun Senen dan Stasiun Kampung Bandan.
Baca juga : Betulkah Pejalan Kaki di Pintu Keluar Stasiun Tanah Abang Jadi Biang Kemacetan?
Masalah yang dihadapi di kedua stasiun itu hampir sama dengan yang ada di Stasiun Tanah Abang, yaitu keberadaan pedagang kaki lima yang liar dan pengendara angkutan umum yang tidak tertib.