Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Airlangga Pribadi Kusman
Dosen Universitas Airlangga

Pengajar Departemen Politik FISIP Universitas Airlangga  

Associate Director Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC)  

 

Rezim Infrastruktur dan Inovasi Pemimpin di Tingkat Lokal

Kompas.com - 04/12/2017, 10:37 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

DI tengah berbagai kontroversi tentang kebijakan Presiden Joko Widodo yang menggenjot penyediaan infrastruktur fisik di seluruh Indonesia, imbas dari langkah tersebut berpotensi untuk menggerakkan roda perekonomian di Indonesia.

Namun demikian dampak positif dari kebijakan tersebut membutuhkan syarat yang harus dipenuhi.

Syarat tersebut adalah tumbuhnya inovasi yang lahir dari inisiatif kepemimpinan di tingkat lokal yang membuat berkah infrastruktur dapat dinikmati oleh mayoritas kekuatan ekonomi kecil dan menengah dan bukan hanya kekuatan ekonomi besar.

Selama tiga tahun pemerintahan Joko Widodo, komitmen presiden untuk membangun infrastruktur yang menghubungkan wilayah-wilayah terpencil dari Sabang sampai Merauke terlihat secara jelas.

Kebijakan ini di satu sisi memunculkan berbagai kritik mengingat gelontoran dana ribuan triliun untuk proyek infrastruktur. Artinya kebijakan ini berhubungan dengan kebijakan fiskal yang ekspansif.

Pembiayaan proyek-proyek infrastruktur yang masif mengakibatkan defisit anggaran dari pemerintah seperti yang terlihat pada defisit RAPBN 2016 Rp 273,2 triliun atau 2,1 persen dari PDB maupun defisit Anggaran 2017 sebesar 2,41 persen dari PDB kita.

Namun demikian di tengah berbagai kritik terhadap kebijakan infrastruktur yang dianggap menyerap dana yang besar, kebijakan ekspansi infrastruktur juga memiliki beberapa nilai positif yang patut diapresiasi.

Melalui penyediaan infrastruktur untuk mengejar ketertinggalan ekonomi Indonesia, kebijakan ini bermanfaat. Pertama, untuk membangun konektivitas antar wilayah.

Kedua, menyediakan lapangan kerja ditengah krisis ekonomi. Ketiga, mengundang investasi untuk menggerakkan perekonomian daerah.

Belajar dari Roosevelt

Dalam sejarah ekonomi dunia, keberhasilan negara-negara besar untuk menyelesaikan krisis melalui kebijakan penyediaan infrstruktur patut untuk dijadikan pelajaran penting bagi Indonesia.

Professor ekonomi dari Columbia University Jeffry Sachs (2011) dalam karyanya The Price of Civilization: Economics and Ethics After the Fall menjelaskan bahwa pemerintahan Amerika Serikat dibawah Franklin Delano Roosevelt merespons krisis sosial melalui formulasi New Deal. 

Formulasi itu diteruskan sampai tahun 1960-an dengan berbagai formulasi termasuk kebijakan pembangunan infrastruktur fisik (jalan, jembatan, listrik dan bendungan), perhatian terhadap usaha kecil dan menengah, peningkatan pelayanan publik (kesehatan dan edukasi), serta pembangunan regional antar wilayah maupun transfer dana ke masyarakat miskin.

Formulasi New Deal inilah yang saat ini mulai kembali disuarakan oleh kalangan progresif Amerika Serikat untuk mengatasi persoalan krisis sosial di era neoliberalisme.

Pekerjaan percepatan infrastruktur Jalan Tol Trans Sumatera masih terus berlangsung.Dokumentasi Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR Pekerjaan percepatan infrastruktur Jalan Tol Trans Sumatera masih terus berlangsung.

Satu hal yang penting diperhatikan dari penjelasan Jeffry Sachs di atas bahwa kebijakan infrastruktur yang dibangun pada era New Deal tidaklah selesai dengan kebijakan infrastruktur itu sendiri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Whats New
TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

Whats New
Kenaikan BI Rate Tak Beri Dampak Langsung ke Industri Fintech Lending

Kenaikan BI Rate Tak Beri Dampak Langsung ke Industri Fintech Lending

Whats New
Menteri Trenggono Ungkap Ada 5 Perusaahan Vietnam yang Tertarik Investasi Benur

Menteri Trenggono Ungkap Ada 5 Perusaahan Vietnam yang Tertarik Investasi Benur

Whats New
Stagwell Tambahkan Leverate Group ke Program Global Affiliate

Stagwell Tambahkan Leverate Group ke Program Global Affiliate

Whats New
Tertahan Sejak 2022, Bea Cukai Akhirnya Serahkan Alat Belajar SLB ke Pihak Sekolah

Tertahan Sejak 2022, Bea Cukai Akhirnya Serahkan Alat Belajar SLB ke Pihak Sekolah

Whats New
BI Beberkan Perbedaan Kondisi Ekonomi Saat Ini dengan Krisis 1998

BI Beberkan Perbedaan Kondisi Ekonomi Saat Ini dengan Krisis 1998

Whats New
Kemenperin: Indeks Kepercayaan Industri April Melambat Jadi 52,30

Kemenperin: Indeks Kepercayaan Industri April Melambat Jadi 52,30

Whats New
Intip 'Modern'-nya Pasar Tradisional Lebak Budi di Lampung, Usai Tawar Menawar Bayarnya Pakai QRIS

Intip "Modern"-nya Pasar Tradisional Lebak Budi di Lampung, Usai Tawar Menawar Bayarnya Pakai QRIS

Whats New
IHSG Ditutup Menguat 119 Poin, Rupiah Masih Lesu

IHSG Ditutup Menguat 119 Poin, Rupiah Masih Lesu

Whats New
Logam Mulia Bisa Jadi Pelindung Aset, Bagaimana Penjelasannya?

Logam Mulia Bisa Jadi Pelindung Aset, Bagaimana Penjelasannya?

BrandzView
KKP Mulai Uji Coba Penangkapan Ikan Terukur, Ini Lokasinya

KKP Mulai Uji Coba Penangkapan Ikan Terukur, Ini Lokasinya

Whats New
Namanya 'Diposting' Jadi Menteri BUMN di Medsos, Menteri KKP: Kita Urus Lobster Dulu...

Namanya "Diposting" Jadi Menteri BUMN di Medsos, Menteri KKP: Kita Urus Lobster Dulu...

Whats New
Genjot Dana Murah, Bank Mega Syariah Gelar Program Tabungan Berhadiah

Genjot Dana Murah, Bank Mega Syariah Gelar Program Tabungan Berhadiah

Whats New
Foxconn Tak Kunjung Bangun Pabrik di RI, Bahlil: Masih Nego Terus...

Foxconn Tak Kunjung Bangun Pabrik di RI, Bahlil: Masih Nego Terus...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com