JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) memandang, dampak kebijakan makroprudensial, salah satunya melalui penurunan suku bunga kredit masih terbuka. Sebab, transmisi penurunan suku bunga acuan BI belum maksimal dampaknya ke penurunan suku bunga kredit perbankan.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan, sejak awal tahun 2016, bank sentral telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 300 basis poin (bps). Namun demikian, pada saat yang sama suku bunga kredit baru turun 150 bps.
Perry menyatakan, bank sentral masih meyakini suku bunga kredit masih turun. Ruang penurunannya pun masih terbuka.
"Kelihatan juga tingkat suku bunga kredit Januari memang masih ada room (ruang) penurunan," sebut Perry dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (15/2/2018).
Baca juga: Tahun 2018, Suku Bunga Acuan BI Diprediksi Tak Berubah
Data bank sentral menunjukkan, pada Desember 2017 rata-rata suku bunga kredit mencapai 11,30 persen, turun 15 bps dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara itu, suku bunga kredit konsumsi berada pada posisi 12,54 persen, suku bunga kredit investasi 10,51 persen, dan suku bunga kredit modal kerja sebesar 10,75 persen.
Perry menyatakan, perbankan diharapkan tak lagi mengandalkan pendapatan bunga, sehingga bunga bisa lebih murah. Sebaliknya, perbankan bisa mengandalkan pendapatan nonbunga, seperti fee based income atau pendapatan berbasis komisi.
BI, kata Perry, terus memperkuat koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mendorong suku bunga kredit dapat turun lebih lanjut. Perbankan, imbuh dia, diharapkan dapat meningkatkan efisiensinya.
"Kebijakan makroprudensial stance (arah) pelonggaran, untuk mendukung kredit lebih lanjut dan mendukung pembiayaan ekonomi lebih lanjut," tutur Perry.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.