Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bila Tak Digali, Potensi Industri Produk Halal Bisa Berbalik Jadi Ancaman

Kompas.com - 02/05/2018, 20:35 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin,
Palupi Annisa Auliani

Tim Redaksi


SEMARANG, KOMPAS.com
—Indonesia punya potensi industri makanan halal senilai setidaknya 167 miliar dollar AS, setara sekitar Rp 2,3 triliun menggunakan kurs sekarang, merujuk data pada 2016. Bila tak digali optimal, potensi itu bisa jadi malah berbalik jadi ancaman.

"(Jadi ancaman) terutama jika produk makanan halal tidak dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri, sehingga membuka keran impor," kata Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, seusai membuka Festival Ekonomi Syariah Regional Jawa di Semarang, Jawa Tengah, Rabu (2/5/2018).

Bila sudah menyangkut impor, kata Agus, volume yang besar selalu rawan menjadi ancaman bagi neraca pembayaran Indonesia.

Volume industri makanan halal secara global pada 2016 mencapai 4,15 triliun dollar AS, setara sekitar Rp 58.000 triliun. Jumlah itu diperkirakan bakal meningkat lagi menjadi 6,78 triliun dollar AS pada 2022.

Baca juga: Pemerintah Finalisasi RPP Jaminan Produk Halal

Dengan populasi masyarakat Muslim yang besar, Indonesia akan dilihat sebagai pangsa terbesar bagi produk industri halal global.

"Saya lihat potensi ekonomi lokal belum besar. Kalau tidak hati-hati, food halal yang begitu besar kalau kita tidak bisa beri suplai maka akan berdampak pada neraca pembayaran kita (karena impor)," tambah Agus.

Agus berharap Indonesia tak akan menjadi importer produk makanan halal, alih-alih harus bisa memenuhi kebutuhan di dalam negeri dan mengekspor kelebihannya.

Masalahnya, ungkap Agus, negara lain sudah mulai mengembangkan bisnis makanan halal, bahkan di negara yang Muslim bukan mayoritas. Australia, sebut dia sebagai contoh, merupakan salah satu negara yang siap memasok produk halal.

Baca juga: Wisata Halal di Asia Akan Berkembang Pesat

"Thailand juga deklarasi pusat dunia makanan halal. Ini jelas (industri makanan halal Indonesia) harus bangkit," tegas Agus.

Untuk mendukung agenda itu, BI menyusun blueprint pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Blueprint berlandaskan pilar pemberdayaan ekonomi syariah; pilar pendalaman pasar keuangan syariah; dan pilar riset, asesmen, serta edukasi ekonomi dan keuangan syariah.

"(Blueprint) tidak hanya (mencakup) keuangan ekonomi syariah, tapi juga berkait ekonomi, fashion, food, dan tourism," papar Agus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com