Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laporan Keuangan Bukopin "Tersandung" Kasus Kartu Kredit, Ini Penjelasan Dirut

Kompas.com - 03/05/2018, 07:00 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Bukopin Tbk merevisi laporan keuangan 2016. Laporan keuangan revisi tersebut tepatnya muncul pada 25 April 2018.

Sejumlah variabel dalam laporan juga berubah signifikan. Misalnya, laba tahun 2016 sebelumnya tercatat sebesar Rp 1,08 triliun. Namun, dalam laporan keuangan perusahaan tahun 2017, laba perusahaan dicatatkan sebesar Rp 183,53 miliar.

Bukan hanya variabel laba, perubahan yang cukup signifikan juga terjadi pada total pendapatan bunga dan syariah.

Mengutip Kontan.co.id, Kamis (3/5/2018), manajemen Bukopin mengungkapkan bahwa perubahan tersebut dipicu adanya pencatatan tak wajar alias abnormal dari sisi pendapatan bisnis kartu kredit.

Direktur Keuangan Bukopin Adhi Brahmantya menjelaskan, abnormalitas tersebut pertama kali ditemukan oleh perseroan pada Juli 2017. Singkatnya, data penerimaan pendapatan dari kartu kredit di Bank Bukopin berbeda dengan kenyataanya.

Adhi menerangkan, tidak hanya pada kurun waktu Januari hingga Juli 2017 saja pencatatan menjadi keliru, melainkan dalam kurun waktu lima tahun sebelumnya. Ada sedikitnya 100.000 kartu kredit yang pencatatannya keliru.

Direktur Bukopin Rivan A. Purwanto menambahkan, selama kurun waktu tersebut perseroan tetap memperoleh pendapatan dari bisnis kartu kredit, padahal kenyataannya tidak.

"Di salah satu parameter itu masih menghasilkan laba, masih bunga, padahal macet, tapi dibilang lancar. Melihat kondisi ini kami tidak bisa melakukan pembiaran," kata Rivan dalam pernyataannya, Rabu (2/5/2018).

Melihat ketidakcocokan data tersebut, pihak Bukopin mengaku langsung melaporkan kepada kantor akuntan publik (KAP) bersama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Setelah itu, perseroan memutuskan untuk melakukan restated alias penyampaian ulang laporan keuangan 2016 hasil temuan internal perseroan.

Apabila ditelisik, pendapatan provisi dan komisi yang terbesar di Bukopin salah satunya bersumber dari pendapatan kartu kredit. Pendapatan ini turun dari Rp 1,06 triliun menjadi Rp 317,88 miliar dalam laporan keuangan tahun 2016 yang direvisi.

"Ini yang tidak enak, akhirnya pendapatan yang kami terima Januari sampai Juni 2018 kami revisi menjadi tidak diterima. Padahal pendapatan di kartu (kredit) lumayan," ujar Rivan.

Manajemen Bukopin menjelaskan, pihaknya tidak secara langsung pada pertengahan 2017 melakukan penyampaian ulang, lantaran audit laporan keuangan tersebut baru selesai pada Januari 2018.

Adhi menambahkan, untuk menutupi kerugian dari abnormalitas tersebut, modal perseroan pun tergerus. Lihat saja, pada laporan keuangan 2016 sebelum revisi, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) perseroan berada di batas aman 15,03 persen, namun setelah revisi CAR tersebut anjlok menjadi 11,62 persen.

Tidak berhenti di situ, CAR bank bersandi BBKP ini terus menurun pada akhir 2017 hingga menjadi 10,52 persen, meski sedikit naik di kuartal I 2018 menjadi 11,09 persen.

Agar terus dapat menggenjot ekspansi, Bukopin akan melakukan sejumlah langkah untuk menambah modal perseroan. Adhi menyebut, setidaknya sampai akhir tahun ini, CAR Bukopin akan diupayakan agar dapat bertengger di level 14 persen.

Salah satu langkahnya, dengan melakukan rights issue lewat penerbitan saham baru sebesar 30 persen pada Juni 2018. Perseroan juga akan divestasi 40 persen saham anak usaha perseroan yakni PT Bank Syariah Bukopin (BSB). Target dana yang bisa dihimpun dari rights issue sekitar Rp 2 triliun, sementara untuk divestasi BSB sebesar Rp 400 miliar.

Berita ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Kinerja berubah drastis, ini penjelasan Bank Bukopin

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Whats New
Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Whats New
Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Spend Smart
Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Whats New
Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Whats New
Perluasan Sektor Kredit, 'Jamu Manis' Terbaru dari BI untuk Perbankan

Perluasan Sektor Kredit, "Jamu Manis" Terbaru dari BI untuk Perbankan

Whats New
Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Whats New
Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Whats New
Soal Boks Mainan Megatron 'Influencer' Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Soal Boks Mainan Megatron "Influencer" Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Whats New
Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Whats New
Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Whats New
TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

Whats New
Kenaikan BI Rate Tak Beri Dampak Langsung ke Industri Fintech Lending

Kenaikan BI Rate Tak Beri Dampak Langsung ke Industri Fintech Lending

Whats New
Menteri Trenggono Ungkap Ada 5 Perusaahan Vietnam yang Tertarik Investasi Benur

Menteri Trenggono Ungkap Ada 5 Perusaahan Vietnam yang Tertarik Investasi Benur

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com