Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Neraca Perdagangan April Defisit, Menkeu Sebut Tak Ada yang Dikhawatirkan

Kompas.com - 15/05/2018, 19:34 WIB
Ridwan Aji Pitoko,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyebut bahwa defisit neraca perdagangan yang terjadi pada April 2018 tidak perlu dikhawatirkan lantaran proses ekspor masih dalam kondisi sehat.

"Ekspor ini pertumbuhannya YoY di atas sembilan persen dan ini masih menunjukkan suatu tren yang sangat sehat. Ini juga menunjukkan adanya suatu perbaikan walaupun kita berharap bisa lebih tinggi," jelas Sri Mulyani saat ditemui awak media di Hotel Shangrila, Jakarta, Selasa (15/5/2018).

Namun begitu, Sri Mulyani juga menyoroti tingginya angka impor yang pertumbuhannya sangat tinggi mencapai 34 persen untuk konsumsi bahan baku dan barang modal.

Tingginya angka pertumbuhan impor itu dinilai Sri Mulyani sebagai momentum akibat kebutuhan industri atau kebutuhan aktivitas ekonomi dalam negeri yang sangat besar.

"Artinya positif. Interpretasinya adalah ini menunjukkan bahwa sektor produksi sedang bergerak dan conform dengan orang mengimpor bahan baku dan barang modal. Namun, untuk komoditas konsumsi yang cukup tinggi di atas 30 persen ini saya harap sifatnya seasonal karena mendekati puasa dan lebaran," tutur dia.

Oleh karena itu, Sri Mulyani pun telah melakukan pembicaraan dengan Menko Perekonomian Darmin Nasution dan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto agar terus meningkatkan proses industrialisasi di Indonesia.

"Kami akan meluncurkan dan terus meningkatkan apa yang disebut berbagai kebijakan untuk mengembangkan investasi dan ekspor termasuk fasilitas fiskal seperti pemberian tax holiday, tax allowance, dan insentif untuk industri kecil yang padat karya dan ekspor oriented," imbuh Sri Mulyani.

Sebelumnya diberitakan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada April 2018 defisit 1,63 miliar dollar AS.

Kepala BPS Suhariyanto menyatakan defisit tersebut dipicu oleh impor yang meningkat sangat tajam, sehingga terjadi defisit di sektor migas sebesar 1,13 miliar dollar AS dan nonmigas 495 juta dollar AS.

Sementara jika diakumulasikan, sepanjang Januari hingga April 2018, neraca perdagangan juga mengalami defisit sebesar Rp 1,31 miliar dollar AS yang dipicu oleh defisit sebesar 3,81 miliar dollar AS untuk non migas dan surplus sebesar 2,5 miliar dollar AS untuk sektor non migas.

"Situasi perdagangan dunia masih tidak menentu, negara-negara tujuan utama kita seperti China masih menahan diri. Maka dari itu permintaan untuk bahan bakar, besi baja, serta CPO yang digunakan bahan baku mereka agak menurun," kata Kepala BPS Suhariyanto melalui konferensi pers di kantor BPS, Selasa (15/5/2018).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com